Episode 21 Bunga Mawar Mekar Saat Senja

123 15 24
                                    

Ada hal buruk yang terjadi setelah kematian?

Tidak ada selain penyesalan yang tersisa. Aku tidak akan menyesali apa yang sudah aku lakukan. Itulah yang hanya perlu kalian ketahui.

Aku ingin mempersembahkan sebuah bunga pada janji yang tak terpenuhi di saat senja hampir tenggelam. Di kala senja yang akan terlihat malam sebentar lagi. Saat itulah. Aku tak bisa memenuhi sebuah janji dengan cepat. Akan membalas kematian kalian semua. Itulah yang aku pikirkan saat ini.

Ketika detik ini aku telah duduk dalam sebuah nisan bertuliskan namamu. Maafkan aku. Itulah yang akan aku ucapkan. Aku meminta maaf karena tak bisa membalaskan kematian kalian dengan cepat. Butuh waktu bertahun-tahun.

Sedih sekali. Sakit sekali. Rasanya sangat menyesakkan dada.

Bertahanlah sebentar lagi. Dan aku akan kembali dengan tangan kotor penuh darah. Tetapi aku senang. Karena aku telah memenuhi janjiku.
Sebentar lagi. Adik. Mama. Papa. Sebentar lagi.

Terkadang ingin aku katakan pada adikku bahwa kakaknya sedang berusaha keras untuk membuat sebuah adegan yang sangat asyik. Hari ini sebuah janji yang tak terpenuhi akan datang sebentar lagi.

Di saat itu terjadi, erangan akan menjadi melody yang indah.

-After Soon-
.
.
.
01 Agustus 2019

Seokjin ingin melupakan sejenak tentang masalahnya. Lalu melonggarkan sedikit waktu yang seharusnya dia butuhnya. Bukan hanya bermain-main. Mereka datang ke rumah dan taman megah ini hanya untuk bisnis.

Terjun kembali ke dunia bisnis. Dulu, Seokjin sangat membenci bisnis, saham dan permainan kelas atas. Bagi Seokjin permainan seperti itu akan membuat sebuah bencana bagi Seokjin. Itu kotor! Bagi Seokjin itu adalah kotor. Bukan soal uang yang kotor, tapi, di balik itu semua. Harus membuat beberapa nyawa menjadi ancaman.

Bukankah semua itu tidak perlu di tutupi. Permainan ini. Bagaikan di sebuah bidak catur. Salah langkah maka semua yang kau perjuangkan sejak awal sudah berakhir.  Seburuk itukah? Sebengis itukah? Karena memang kita hidup di lautan hitam. Sekali tercebur akan basah dengan dosa. Namun, sekalinya kamu bangkit dan berusaha meraih tepian selamanya, jejak kakimu akan tetap basah. Itu akan terasa abadi ditubuhmu. Ingatannya juga akan membekas bahwa kau pernah masuk ke dalam lautan itu.

Seokjin mengerti tentang dunia hitam ini. Dia ada disalah satu bidaknya. Dia berdiri diam di sana. Dan tidak akan pernah kembali sebelum permainan selesai.

“Seokjin,” panggil Namjoon.
Seokjin menoleh saat suara itu menyapa indranya

"Iya?” jawabnya kikuk.

“Kau melamun”

“Hm, aku sedang berpikir tentang dunia ini. Bukankah kita hidup di atas keputusasaan, kebohongan dan semua itu adalah sifat manusia yang menjijikkan. Benarkan?” tanya Seokjin. Kesendirian Seokjin dimana dia akan berusaha membuat pikirannya bekerja dan memandang sisi lain dari dunia.

“Kau mengolok dirimu sendiri?”

“Iya. Aku mengoloknya. Karena aku juga manusia. Aku juga bukan iblis yang hanya menyesatkan. Aku bukan malaikat yang menyucikan. Karena kita manusia. Manusia lebih unggul dari malaikat dan iblis,” jawab Seokjin.

Namjoon hanya diam melihat tingkah Seokjin. Seokjin adalah sosok yang dramatis kadang di selipi oleh banyak humoris seperti sekarang. Dia serius akan ucapannya. Pikirannya selalu di penuhi oleh beberapa masalah, itu termasuk filosofi manusia.

“Baiklah. Mari lupakan pembicaraan ini dan kita akan menemui Park Bosung. Kau berjanji padanya akan datang pukul 10 malam kan?” Namjoon mengambil jaketnya dan memakainya pada Seokjin.

[NamJin] HOUSE (Serial Killer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang