Episode 25 Malam Terakhir

160 13 4
                                    

Jika benar, bulan yang akan ku lihat pada malam ini menjadi malam terakhir bagiku. Bolehkah aku menyampaikan sesuatu. ‘Singgasanaku akan terus di gilir sampai pemimpin yang tepat mendudukinya.’

Walau penuh luka dan letih, takdir kan menuntun langkah menuju kemenangan. Aku tidak akan pernah berhenti sampai di kala jantungku di hentikan. Terus berjuang hingga bendera kematian akan berkibar.

Sampai saat itu. Seterjal apa pun jalan yang aku tempuh, akan terus melangkah maju tanpa ragu. Karena aku melindungi sesuatu.

-After Soon-

.

.

.

07 Agustus 2019

Hujan membasahi permukaan bumi, mengabarkan pada tanah bahwa seseorang berduka dengan hati yang patah. Sayapnya telah dia buang dan jiwanya telah dia rajut dalam kesengsaraan.

Baginya sebuah nisan indah itu bukanlah satu-satunya sumber kesedihan. Kini tak dapat lagi mengungkapkan dengan kata-kata seperti apa isi hatinya. Hanya tangisan yang mampu menggambarkan.

Karangan bunga yang dia letakkan di atasnya telah menjadi saksi atas meninggalkan Kim Jinhwan. Dalam usia muda. Dengan luka robek di perutnya. Dengan racun.

Malang sekali nasibnya, mati di tangan pembunuh seperti After Soon. Andai jika kuat, Taehyung sangat ingin menghajarnya sekarang. Andai Taehyung bisa menangkapnya sekarang maka, Taehyung akan membunuh After Soon dengan tangannya.

Pilihannya selalu salah.

Tidak.

Itu benar, hanya saja menunggu sedikit lebih lama akan sangat mengerikan.

Seokjin menggenggam buket bunga yang belum dia letakkan di atas nisan Kim Jinhwan. Pandangannya sedikit jauh dari tempat Taehyung berdiri.

Taehyung mendongak. Membiarkan wajahnya terkena tetesan air hujan yang semakin deras.

Patt.

Seokjin berjongkok di depan Taehyung. Kepala yang mendongak itu kini melihat Seokjin yang menyerahkan karangan bunga pada makam Kim Jinhwan.

“Hei, Seokjin. Apa kau merasa baik?” Tetesan air hujan terasa seperti jarum yang sangat menyiksa untuk dirinya.

Seokjin masih menangkupkan tangannya melanjutkan doanya.

“Semua orang berubah.” Taehyung berjongkok di belakang Seokjin. “Dan kau juga berubah. Namjoon, aku dan Jimin. Kita tak bisa seperti dulu lagi Seokjin,” lanjut Taehyung.

Seokjin menyelesaikan doanya. Dia melihat mata Taehyung yang sudah memicing di pundak kanannya.

“Hm. Aku mengerti apa yang harus aku lakukan. Aku akan membantu kalian. Kita harus berbagi tugas.” Seokjin menatap Taehyung. Air matanya sudah tak lagi menetes sebagai mana dalamnya luka di hati Seokjin.

“Bagus. Dengar. Tanggal 11 Agustus besok kau yang akan membunuhnya. Aku tak peduli dengan hukuman yang ada di Korea. Semua ada di tanganmu.” Seokjin melihat tangan Taehyung yang berada di samping tubuhnya. Dia membuat tanda pistol dengan tangannya.

“Baiklah. Aku yang akan berada dengan jarak yang paling dekat dengannya, benarkan?” Seokjin memastikan.

“Benar,” jawab Taehyung.

Seokjin mengangguk. Langkah kaki Taehyung mulai tak terdengar lagi dari jaraknya. Memantapkan hatinya. Itulah cara After Soon membimbing mereka dalam jurang kesengsaraan dan kebencian.

[NamJin] HOUSE (Serial Killer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang