Episode 6 Alasan

235 43 2
                                    

Ada hal yang menjadi dasar seseorang melakukan sesuatu.
Ah bukan. Beberapa alasan orang melakukan suatu tindakan.

Seseorang bertanya padaku tentang kenapa kau menjadi seorang penulis. Aku menjawab bahwa alasan aku menjadi penulis karena aku suka mengubah hidup orang lain. Itu alasan pertama. Dengan membolak-balikkan takdir orang lain diimajinasiku. Dan aku suka ketika aku mencoba mewujudkannya.

Aku pernah menulis tentang pembunuhan yang kurencanakan karena aku benci dengan teman yang selalu mengolok-olokku, para bangsat berdasi yang selalu aku singgung. Dan aku wujudkan itu. Karena aku ingin melakukannya.

Aku punya ambisi yang kuat. Dan aku menganggap diriku sudah melampai batas kewajaran manusia. Tapi, aku senang.

Karakter yang aku tempuh dalam hidupku sendiri adalah menjadi egois dan tidak suka di atur. Karena aku After Soon. Orang jahat yang mengaku baik atau orang baik yang sedang melakukan kejahatan. Panggil saja sesuka hati kalian. Karena tidak hanya kosong tapi aku punya isi yang mendasar suatu permainan dan perbuatanku sendiri.

-After Soon-
.
.
.
Flashback on.. 2009

Pemandangan dengan dasar biru. Cukup untuk menggambarkan betapa indahnya dunia ini. Hamparan laut yang sebiru langit dan jernih. Pasir putih yang menandakan bahwa keindahan tiada akhir. Hal itulah yang di rasakan oleh sosok perempuan cantik yang duduk di bibir pantai.

Hyorin. Begitulah namanya. Dia bersama sekeluarganya berlibur ke pantai dan berencana menginap karena padatnya jadwal mereka. Mereka juga butuh liburan. Hyorin, beserta anaknya Selena dan suaminya, Sobin.

Mereka sedang duduk di tepi pantai dengan sebutir es kelapa muda yang segar milik masing-masing yang akan mencairkan suasana yang panas.

Hyorin memandang lautan yang begitu indah. Dia selalu mengingat kejadian mereka ketika dirinya dan Sobin berkencan dulu. Mereka punya angan-angan bahwa ketika mereka luang maka mereka ingin menghadiahi putrinya dengan kehangatan bersama.

“Hyorin.” Panggil suaminya. Sobin. Nada itu terasa sangat dingin.

“Iya.” dirinya menoleh. Dia bisa melihat ekspresi ketakutan sekaligus marah ada di raut wajah suaminya. Apa yang terjadi?

“ikut aku” ucap Sobin.

Hyorin melirik putrinya yang bermain dengan asyik di tepi pantai. Putrinya sedang membuat istana pasir dengan beberapa cetakan yang ia beli beberapa hari yang lalu.

Hyorin mengikuti langkah suaminya. Mereka berhenti di atas karang yang indah. Di sana mereka bisa melihat hamparan lautan yang sungguh luas. Seluas mata memandang hanya ada lautan biru.

“ada apa suamiku?” tanya Hyorin.

“apa maksudmu?!” tanya Sobin dengan amarah.

“aku tidak paham. Maksudnya apa?”

“kau melaporkan ke Kim brengsek itu kalau aku sedang berusaha menggaruk nilai sahamnya?” tanya Sobin dengan wajah gemetar.

“tidak. Aku tidak melakukannya?”

“jangan bodoh! Kau memberitahunya bahwa aku mencoba membujuk putrinya juga?!”

“tidak”

“jawab jalang!” Plak.

Sobin menampar istrinya hingga terjatuh. Istrinya terbentur karang yang tajam. Membuat luka di telapak tangannya dan badannya. Kemarahan jelas menguasai dirinya saat ini.

[NamJin] HOUSE (Serial Killer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang