Episode 18 This Is Not Climax

202 30 14
                                    

Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku akhir-akhir ini. Lidahku kelu saat aku mencoba berbicara padaku sendiri apa kata motivasi yang positif untukku.

Dan itu tidak ada.

Setiap kata yang aku tulis di suatu bukuku terasa aku sangat dekat dengan para pembunuh itu. Aku berniat menjadikan mereka sebagai keluargaku kembali. Maksudku? Aku akan membuat keluarga yang sama dengan keluargaku yang dulu dengan orang yang berbeda.

Membentuk kembali sebuah keluarga juga tidak terlalu buruk dan sayangnya anak kecil itu kabur.

Aku mengulik kembali memorinya dan itu jelas akan membuka identitasku. Tapi...,

Aku tidak takut!

Siapa pun akan ku tantang. Agar mereka tahu kebenaran di balik berita palsu itu. Karena aku tahu batas kemampuanku sendiri. Aku terlalu menunjukkan eksistensiku bukan? Ya... Karena aku suka. Aku suka dengan hal seperti itu. Mereka bingung mencariku. Aku bingung menghindar. Tapi, aku selalu berhasil. Senang bukan.

Don't Call Me...,

-After Soon- If u don't know me.
.
.
.
24 Juli 2019

Seokjin memekik. Mata birunya tidak bisa melihat dengan benar ketika bentuk serta wajah dari mayat itu benar-benar tertutupi oleh belatung. Perutnya penuh darah. Bercecer dan membasahi kasur serta selimut yang menggantung sembarang di badannya. Seketika rasa mual menghantui Seokjin. Seokjin menutup mulutnya mencoba untuk mengusir rasa itu sebentar. Dia membayangkan seperti apa jadinya sosok itu. Seharusnya belum lama semenjak kematiannya tapi, mayatnya sudah tidak berbentuk seperti itu. Bagaimana bisa? Benar. Jika bukan After Soon siapa lagi yang membuatnya.

Di sana lampu operasi juga menyala. Tidak ada listrik di sini dan bagaimana bisa itu menyala. Seokjin seketika melihat sebuah kabel yang putus, aki dan kabel-kabel lainnya di susun menjadi satu. Itulah caranya. After Soon membuatnya dengan tangannya. Sungguh mengerikan. Dan baunya busuk sekali. Banyak belatung. Dan itu jatuh di mana-mana. Tangannya yang seputih mayat menggenggam korek putih yang di jahit dengan rapi. After Soon tidak hanya menggunakan kemampuannya untuk membunuh tapi juga kemampuannya dalam pembedahan.

Namjoon berjalan masuk. Dengan mengibaskan tangannya, berharap bau busuk itu tidak menusuk hidungnya. Seokjin masih terpaku di ambang pintu. Enggan masuk. Langkah kakinya seakan tidak mau bergerak. Hal pertama yang di rasakan Seokjin saat dia melihat mayat itu adalah mual luar biasa.

"Seokjin, ini mayat Choi Minki," lirih Namjoon. Namjoon menghampiri mayat Choi Minki. Menghindari belatung. Matanya mengarah pada sebuah pemanas api yang di semburkan dari atas menuju sebuah baskom dari stainless steel yang di pasang tengkurap di perutnya. Mirip dengan alat penyiksaan jaman dahulu yang di dalamnya ada tikus.

"Aaaaa!" Pekik Seokjin saat tiba-tiba satu tikus keluar melalui panci. Tikus itu pergi dengan jejak darah yang membentuk kakinya. "N-Namjoon. Ayo pulang. Aku mual." Seokjin berkata lirih.

"Aku akan menelepon Taehyung. Kita akan menunggu di luar." Suara itu terasa memecah keheningan. Seokjin berlari keluar dengan menutup mulutnya. Namjoon menyadarinya. Rasa mual itu tidak bagus untuk Seokjin apalagi dia tidak terlalu menyukai bau yang menusuk.

Dengan cepat langkah kaki itu mengejar Seokjin yang keluar lebih dahulu. Matanya melihat Seokjin yang membungkuk di dekat pohon. Namjoon yakin dia muntah di sana. Dia menghampiri Seokjin, wajahnya pucat dan tubuhnya bergetar. Rasa lemas mengambil alih dirinya saat ini. Namjoon memberikan dia minum yang dia bawa di tas kecilnya.

"Minumlah. Apa kau baik-baik saja?" tanya Namjoon sembari mengelus puncak kepalanya.

"Iya. Ini sedikit mual," jawab Seokjin.

[NamJin] HOUSE (Serial Killer)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang