Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kilatan cahaya petir masuk melalui jendela kamar bernuansa monokrom tersebut yang sedari tadi terbuka lebar, membuat sang pemilik kamar bergegas menutup jendela sebelum angin kencang masuk dan menghamburkan kamarnya.
ceklek
"Kak Taeyong... Nana takut... Boleh tidur sini, kan?"
Taeyong tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Tidurlah. Lagian kayaknya sebentar lagi mau hujan, takutnya malah mati lampu."
Nana mengangguk kecil. Dia menutup pintu Taeyong terlebih dahulu sebelum mengangkat selimut berwarna cream yang tergulung di tubuh mungilnya dan menaiki ranjang Taeyong.
"Kak Taeyong ada PR, ya?" Taeyong mengangguk. "Masih lama selesainya?"
"Lima soal lagi. Jangan tungguin, kamu tidur aja," jawab Taeyong masih fokus pada bukunya.
Nana menggeleng. "Nggak mau, pokoknya mau nunggui kak Taeyong."
Taeyong pasrah dengan keputusan Nana karena dia tidak ingin membuat Nana sedih jika memaksakan kehendak Taeyong, walau sebenarnya itu untuk kebaikan Nana sendiri.
"Huh!" Nana terkesiap saat kilatan lainnya menembus jendela kaca yang sudah tertutup rapat serta dilapisi tirai hitam.
Dia pikir itu akan sama seperti yang sebelumnya, hanya kilatan saja, namun selang beberapa detik kemudian, suara dentuman keras dari langit seketika membuat Nana menutup telinganya.
Taeyong yang melihat adiknya gemetar ketakutan pun menghentikan kegiatannya lalu berjalan menuju kasur. "Geser."
"PR kakak u-udah selesai?" tanya Nana terbata dengan manik mata bergetar.
Taeyong mengangkat tubuh Nana dan ditempatkannya bersebelahan dengan dinding, kemudian ikut berbaring. "Besok pagi bisa dilanjutin lagi, tinggal dikit juga."
Nana merapatkan dirinya pada Taeyong ketika kakaknya itu menarik bahunya, hingga kini pipinya menempel dengan dada Taeyong.
Tubuh mungil Nana kembali bergetar ketika kilat masuk ke kamar Taeyong untuk ketiga kalinya, disusul dengan suara dentuman.
Paham dengan ketakutan adiknya, Taeyong mengangkat dagu Nana, kemudian mengelus pipinya dengan lembut.
"Jangan takut, kakak di sini." Taeyong berkata sangat lembut dengan tatapan hangat pada manik hazel Nana.
Setelah mendapatkan anggukan kecil, Taeyong tersenyum. Untuk beberapa saat, tangan kanannya terus mengusap pipi Nana dengan mata menelusuri tiap inchi wajah sang adik, hingga tibalah pada benda ranum yang sedikit terbuka di wajah cantik itu dan tanpa keraguan memajukan wajahnya. Mengecup lembut bibir atas dan bawah Nana hingga menit berikutnya.
"Kakak nggak akan biarin kamu kenapa-napa, jadi tidurlah dengan nyenyak."
Nana mengangguk kecil lagi, tetapi dengan senyum manis menghiasi wajahnya. Menarik diri Taeyong untuk membumbui kening Nana dengan kecupan hangat lalu mengeratkan pelukannya.