“Jika calon pemimpin hanya bisa menyuap, apa kabarnya nanti ketika dia sudah berada dikursi tertinggi yang harusnya layak dihormati?”
_Pram Asyari_
Happy Reading
Eh sebentar
Mari kita budayakan absen dulu yok?:)
“Pak ini dokumen yang Bapak butuhkan!”
Yuki melirik Doni, asisten calon suaminya itu tengah berbincang mengenai pekerjaan bosnya yang entah itu apa dan Yuki pun tidak peduli.
Yuki sangat marah kepada pria berkaca mata yang tengah berbincang kepada Doni tersebut karena telah menculiknya sehabis sholat isya tadi. Tidak ada sopan santunnya calon suami idaman ibunya itu. Apa pria itu tidak tahu, tiga hari ini Yuki sudah mulai bekerja ekstra karena selain mengurus sekolah Yuki juga harus mengurus persiapan kampanye-nya, dan sekarang adalah malam minggu.
Apa pria itu tidak ada otak?
Malam minggunya masa harus di isi dengan bekerja lagi, ini tidak adil!!!
Harusnya Yuki sekarang sibuk dengan me time nya, yaitu rebahan dengan marathon drakor yang sedang dia sukai sekarang, Vincenzo dan cemilan yang sudah Yuki siapkan tadi selepas pulang mengajar.
Yuki jadi sia-sia dong membeli jajanan tadi. Awas saja kalau Yusuf yang memakannya Yuki tidak akan rela karena sudah mengantri satu jam demi membeli jajanan yang sedang trand sekarang itu.
“Baik Pak, saya akan siapkan beberapa dokumen yang Bapak butuhkan untuk ditandatangani nanti hari senin saya akan kesini lagi,”
“Baiklah. Oh iyah siapkan juga salinan anggarannya,”
“Baik Pak. Kalau begitu saya permisi untuk pulang.”
“Iyah, hati-hati dan maaf sudah menyuruh mu kesini malam-malam!” seru Pak Pram yang melepaskan kaca mata bacanya itu. Cih apa katanya tadi, minta maaf kepada asistennya, apa kabar dengan Yuki yang selalu disuruh ini dan itu tapi tidak pernah meminta maaf.
Setelah pamit Doni langsung menuju pintu keluar setelah tersenyum kepada Yuki sebagai tanda bahwa dia akan pergi. Yah kini Yuki menunggu diruang tamu sendirian menunggu kedua pria tersebut, ralat, hanya satu yaitu pria yang selalu merepotkannya siapa lagi kalau bukan sawo matang.
Lama-lama Yuki bakar aja itu sawo biar matangnya overcook atau hangus sekalian.
“Maaf karena sudah menunggu lama,” ucap Pak Pram menghampiri Yuki dan duduk di depan kursi yang Yuki duduki. Melihat itu Yuki memalingkan muka sambil cemberut.
Melihat wanita didepannya yang sebentar lagi menjadi calon istrinya tengah cemberut membuat Pram gemas sendiri, apalagi calon istrinya itu tengah mengerucutkan bibirnya sampai maju beberapa senti.
Semoga Pram bisa menahan agar tidak memeluk Yuki, tunggu kata ‘sah’ berkumandang keras nanti pelaminan.
“Jadi permintaan maaf calon mu ini tidak diterima Yuki?” tanya Pram geli sendiri dengan ucapannya barusan. Yuki melirik sawo overcook dengan geram, sangat-sangat geram.
“Iya,”
“Iya apa?” tanya Pram menahan senyumnya.
“Iya, Yuki maafkan!” seru Yuki masih dengan rasa emosi.
“Yaudah. Berhubung kamu sudah memaafkan, ada satu tugas yang kamu harus laksanakan sekarang!” mendengar hal tersebut Yuki langsung melihat kearah Pak Pram dengan mata melototnya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...