"Kalau hari ini Pak Pram yang terpilih jadi ketua desa, Yuki harus bersikap anggun gitu selamanya? Kan Yuki calon istri Bapak!"
_Yukina Arum P_Happy Reading
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh warga desa karena sekaranglah pemilihan kades baru dengan memungut suara rakyat yaitu pemilu dengan adil dan tanpa paksaan sedikit pun. Apalagi Yuki yakin sekali kubu Pak Pram, yang dirinya sendiri berada didalamnya itu melakukan semua gerakan dengan jujur tanpa kecurangan sedikit pun.
Balai desa sudah di desaki warga karena rasa antusias mereka sangat tinggi dan banyak sekali penjual minuman dan makanan ringan dadakan yang tiba-tiba berjualan karena mereka fikir dengan kerumunan puluhan bahkan ratusan orang bisa menjadi pundi-pundi rejekinya.
Pagi-pagi sekali Yuki dan semua orang Pak Pram sudah bersiap dari kediaman prianya tersebut untuk briefing sebentar agar semua apa yang sudah direncanakan berjalan lancar dan tertib dan juga apa pun hasilnya nanti Pak Pram terus mengingatkan agar berlapang dada.
Desas-desusnya juga beberapa calon ada yang melakukan serangan fajar, yaitu menyogok warga dengan membagikan sejumlah uang agar memilih orang tersebut. Pram sangat khawatir dengan permasalahan tersebut, bukan berarti Pram takut dirinya tidak terpilih bukan seperti itu tapi dia lebih khawatir warga salah memilih orang yang akan memimpin mereka.
Pemimpin itu bukan hanya sebuah bahan ajang kalau dia adalah orang yang sangat dihormati oleh seluruh warga desa, tapi pemimpin adalah sosok yang harus menghormati warganya dengan cara membebaskan warganya untuk memilih bukan sebuah pemaksaan.
"Bismillah!" seru Pak Pram melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
****
Sore harinya setelah ba'da asyar warga sekarang berkumpul bersama-sama karena tinggal satu box lagi suara pemilu akan di umumkan setelah istirahat selama empat pulluh menit untuk melaksanakan sholat asyar tadi.
"Sudah makan?" tanya Pak Pram melihat Yuki sedang mengelap keringatnya dan yang ditanya pun menggelengkan kepalanya polos dengan cengiran khas seorang Yukina.
"Kenapa belum makan?" tanya Pram menghampiri Yuki dan duduk di sebelahnya.
"Belum sempat Pak," cengir Yuki lagi. Pak Pram pun menghela napas, pasti karena antusias warga yang buat seluruh panitia kewalahan menghadapinya.
"Doni!" seru Pak Pram memanggil Doni yang kebetulan lewat di depan mereka.
"Iyah Pak?" tanya Doni menghampiri mereka.
"Tolong ambilkan nasi kotak dan air mineral," titahnya dan langsung diangguki Doni.
Setelah Doni memberikan nasi kotak dan air mineral tersebut Pak Pram menunggu Yuki sampai makanan tersebut habis. Melihat Yuki yang sedang mengunyah makanan buat Pak Pram gemas sendiri, ingin rasanya dia mencubit kedua pipi Yuki yang menggembung tersebut. Tapi tidak etis sekali jika dia melakukan hal tersebut ditengah acara seperti ini.
"Sudah?" tanya Pak Pram melihat Yuki menaruh wadah nasi kotak yang sudah habis isinya itu.
"Sudah Pak," jawab Yuki mengelap mulutnya.
"Eeaarghhh ..." Yuki langsung melotot dan menutup mulutnya dan menatap Pak Pram yang tengah menahan tawa.
Astaga Yukina lo memalukan sekali, sendawa didepan calon suami lo sendiri. Tidak ada anggun-anggunya sekali lo jadi cewek.
"Eh maaf Pak!" seru Yuki gelagapan.
"Gapapa, yaudah sebentar lagi jam istirahat berakhir. Kalau ada apa-apa kabarin aku oke." dan langsung di angguki oleh Yuki. Sebelum pergi Pak Pram menyempatkan untuk mengacak rambut Yuki karena rasa kegemasannya sudah tingkat akut kepada gadisnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...