"Kita seperti baju dan celana ya Pak? Berbeda tapi saling membutuhkan"
_Yukina Arum P_
Happy Reading
Besok adalah pemilihan ketua desa resmi diadakan. Yuki yang menjadi salah satu team kubu Pak Pram sudah mempersiapkan secara matang untuk acara besok dan apa pun yang terjadi mereka semua menerima secara lapang dada, terutama Pak Pram sendiri.
Walau sampai sekarang Yuki masih mendiamkan Pak Pram akibat kejadian tempo hari lalu tapi Yuki tetap menjalankan tugasnya. Yuki sadar seharusnya dia tidak berlaku seperti ini, tapi Yuki hanya perempuan biasa yang masih memikirkan omongan orang lain.
Yuki adalah tipe orang yang mudah memikirkan sesuatu walau itu hal sekecil apa pun, ditambah cibiran warga desa semakin santer. Yuki harap keluarganya tidak mendengar gibahan yang menurut Yuki sangat tidak ada akhlaknya itu.
Apa menikah dengan orang yang berbeda derajat adalah sebuah beban?
"Huft ... " desah Yuki duduk di halaman belakang rumah Pak Pram bersama rekan lainnya sekarang jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam.
Sejak habis maghrib tadi Yuki sampai dirumah ini dia sama sekali belum bertemu dengan sawo matangnya itu, dirumah hanya ada Maryam dan rekan kerja Pak Pram saja. Sedangkan Idris harus kembali ke Jakarta karena banyak pekerjaan yang sudah menumpuk disana.
Semenjak Yuki menjaga jarak juga sepertinya Pak Pram juga melakukan hal yang sama terhadap Yuki. Apa Pak Pram akan membatalkan pernikahan mereka setelah pernyataan Yuki kemaren?
Hati Yuki galau gulana sekarang, Yuki yang mengatakan bahwa dia ragu menikah dengan Pak Pram dan sekarang Pak Pram mendiamkannya saja rasanya Yuki ingin meminjam alat ajaib doraemon di kantong ajaibnya itu agar bisa memutar waktu dan menarik kembali kata-katanya.
"Yuki ... "seru Pak Pram lembut. Yuki yang merasa dipanggil pun menoleh ke sumber suara dengan mimik kaget dan sedih menjadi satu. Pak Pram kayak jailangkung ya, datang tidak diundang dan pulang tidak diantar.
"Bodoh," gerutu Yuki memukul pipinya sendiri, ini kan memang rumah Pak Pram jadi wajar saja kalau Pak Pram ingin muncul dan pergi kapan saja.
"Saya pamit dulu Pak," pamit Doni tiba-tiba diikuti rekan kerja yang lain setelah Pak Pram bergabung dengan mereka.
"Eh," bingung Yuki karena tinggallah mereka berdua disini.
"Yuki juga pamit Pak!" seru Yuki buru-buru namun sebelum bangun dari duduknya langsung dicegah oleh tangan Pak Pram. Yuki melirik tangannya yang dipegang dan menoleh bingung kearah Pak Pram.
"Temani aku sebentar,"
Yuki menurut lalu duduk dengan tenang lagi menatap pancuran air kolam yang menurut Yuki buatnya sedikit tenang walau jantungnya sekarang sedang marathon aktif.
"Maafkan aku!" seru Pak Pram tiba-tiba buat Yuki kaget mendengarnya.
Apa ini jawabannya? Pak Pram ingin mengakhiri semuanya sekarang, di sini. Okeh sekarang Yuki paham, mungkin benar yang dikatakan orang-orang bahwa Yuki adalah wanita biasa yang tidak pantas bersanding dengan orang terpandang seperti Pak Pram.
Yuki mencoba tersenyum menatap Pak Pram yang kini juga menatapnya sekarang walau rasanya sangat susah. Rasanya dada Yuki sangat sesak sekarang, karena dimana Yuki sadar bahwa dia mulai menyukai ralat bahkan mencintai pria didepannya ini.
"Yuki mengerti Pak," balas Yuki tersenyum tulus dengan air mata yang sudah ada dipelupuk matanya.
"Cincin lamaran?" Pram menyodorkan tangannya seaakan menagih cincin tersebut karena hubungan mereka selesai sampai di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...