BAB 18: Huru-hara seorang istri

2.5K 153 18
                                    

"Kenapa masih berulang Pak?"
_Yukina Arum P_

Happy Reading

Dua minggu berlalu dalam kehidupan rumah tangga Yuki dan Pram, walau kehidupan pernikahan mereka masih sama seperti diawal, hanya melakukan skinship biasa yaitu sebatas cium kening atau sebuah pelukan tidak lebih, Yuki merasa apakah suaminya itu tidak menginginkan dirinya secara utuh?

Walau memang Yuki takut untuk melakukannya atau mencobanya, tapi ini sudah lewat dua minggu dan suaminya itu belum menagih haknya secara batin kepada Yuki.

Bukan Yuki yang sangat menginginkannya, tapi yang menjadi pertanyaan Yuki saat ini adalah apa suaminya itu menikahinya atas sebuah tanda tangan di buku nikah saja dan menafkahinya secara lahir tapi tidak dengan batinnya.

Apa benar Mas Pram mencintai Yuki kalau begini?

Apa jangan-jangan suaminya itu mempunyai simpanan? Ahhh tapi itu tidak mungkin.

Tapi seminggu kebelakang ini memang Mas Pram selalu pulang larut malam saat Yuki sudah tertidur. Hanya saat pagi hari mereka bisa bersama dan bertatap muka langsung, dan Yuki selalu menanyakan perihal kesibukan suaminya itu, namun selalu dijawab oleh Mas Pram bahwa ada masalah pekerjaan bisnisnya pribadi diluar dari pekerjaannya sebagai ketua desa.

Yuki paham bahwa mengurus dua pekerjaan sekaligus itu tidaklah mudah, jadi sekarang Yuki mencoba kuat dan tentunya terus mensuport suaminya agar tetap bersemangat dan berkarya dalam pekerjaannya asal dengan kebenaran dan kejujuran.

Dan yah, hari ini pun sama seperti kemarin-kemarin dan tidak ada yang berubah.

"Ibu Gulu!!!" seruan anak muridnya yang bernama Gisel itu memanggil Yuki yang tengah menilai PR anak muridnya kemarin dengan bibir mengerucut lucu.

"Iyah ada apa Gisel?" tanya Yuki menghentikan kegiatannya dan mulai menghampiri anak muridnya yang sangat cengeng itu namun sangat imut dan mungil diantara teman-temannya yang lain.

"Laka putusin pensil Gisel Bu," tuding Gisel kearah Raka yang duduknya tepat dibelakangnya itu dan memperlihatkan pensil berwarna pink dengan corak tedy bear yang sudah terbelah menjadi dua.

"Gisel bohong Bu." Bela Raka berdiri dan Gisel juga tidak mau kalah untuk berdiri.

"Ih tapi Laka yang baru minjam pensil Gisel,"

"Tapi Raka enggak mutusin pensil Gisel,"

"LAKA JANGAN BOHONG," teriak Gisel dengan muka yang sudah sangat memerah karena menahan tangis dengan bibir mengerucut dan mata yang sudah berkaca-kaca.

"ENGGAK, RAKA ENGGAK MUTUSIN," teriak Raka yang tidak mau kalah.

Yuki yang melihat pertikaian dua sejoli anak kecil yang tengah memakai baju putih dan merah itu menggelengkan kepala dan berucap istighfar sebanyak mungkin, segera mungkin Yuki menghentikan acara cekcok itu dengan sabar.

"ASAL LAKA TAU YAH PENSIL TEDY BEAL INI DIKASIH SAMA AYAH GISEL, TAPI KATA BUNDA AYAH PULANGNYA MASIH LAMA, JADI GISEL ENGGAK BISA MINTA LAGI HIKSS, HUAAAHHH .."

"Gisel," langsung saja Yuki memeluk anak muridnya itu yang masih menangis kencang.

"Gapapa, nanti kita cari pensil yang sama persis yah, biar Ayah Gisel enggak sedih karena pensilnya udah rusak," ucap Yuki mengelus pelan punggung Gisel yang masih memeluknya itu dan menatap anak muridnya yang bukan lain adalah Raka dengan senyuman teduh menyakinkan bahwa semuanya kan baik-baik saja asal dia mengakui kesalahannya.

Menyaksikan kisah perseteruan saat mengajar pagi tadi, membawanya untuk bertemu sang Ayah dirumah terakhirnya di dunia.

"Assalamualaikum Yah," salam Yuki mengelus batu nisan sang Ayah dengan pelan sehabis membersihkan kuburan tersebut dan tak lupa mendoakannya.

Kepala Desa Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang