BAB 11: Yuki Cemburu

2K 140 7
                                    

“Rasanya dada Yuk kayak permen nano-nano ya?”

_Yukina Arum P_

Happy Reading



“Sudah?” tanya Pak Pram.

“Sudah Pak,” jawab Yuki ketika sudah duduk tenang diatas sepeda motor.

Motor metik berwarna merah itu pun melaju sedang kejalan raya, setelah menjemput Yuki selepas pulang bekerja kearah kota untuk menemaninya membeli pupuk tanaman dan sembako untuk dibagikan kepada warga.

Bukan karena Pak Pram akan mengikuti pemilu sekitar satu minggu lagi, tapi memang Pak Pram rutin akan membagikan beberapa sembako kepada warga bahkan mengadakan bazar murah untuk sembako-sembako dan uang yang didapat tersebut akan disumbangkan ke beberapa panti asuhan atau membeli peralatan sekolah untuk anak-anak desa secara cuma-cuma atau bahkan urusan yang lainnya.

Pak Pram akan mengadakan acara seperti ini setahun bisa sampai dua atau tiga kali secara besar-besaran. Yuki sangat salut dengan hati dermawan dan rasa tolong-menolong yang dimiliki sawo matangnya ini, karena bagaimana tidak Yuki sangat yakin menggelar pembagian sembako atau bazar harus membutuhkan dana yang sangat banyak.

“Semua daftar kebutuhan sembako yang saya beri kemarin kamu sudah siapkan Doni?” tanya Pak Pram ketika sudah sampai disalah satu supermarket terbesar di kota.

“Sudah Pak. Saya sudah membeli hampir semua sembako namun ada beberapa yang kurang, kemungkinan saya akan membeli ditempat lain karena kebetulan stok di mall ini sedang kosong,” jawabnya.

“Baik saya serahkan semuanya kepadamu, saya juga sudah menghubungi Pak Ilham untuk membawa semua sembako ke rumah untuk segera dibungkus,”

“Pram, Yuki!!!” seru Dedeh melambaikan tangan kearah mereka berdua dan langsung menghampiri keduanya.

“Hai Yuki kita sudah lama yah tidak ketemu,” sapa Dedeh ketika sudah dihadapan mereka bertiga dan langsung memeluk Yuki lalu mencium pipi kanan dilanjutkan pipi kiri.

“Kalau begitu saya akan pergi dulu Pak untuk mencari bahan yang lain,”

“Iya hati-hati.”

Yuki yang berdiri tepat disebelah Pak Pram membalas pelukan dari Dedeh dengan senang hati.

“Apa kabar?” tanya Dedeh kepada Yuki dan melirik Pram dengan senyum penuh dan alis dinaik-turunkan.

“Baik Kak,” jawab Yuki tersenyum canggung.

“Beruntung sekali gue ketemu lo disini Deh, gue titip Yuki sebentar. Ada pekerjaan yang harus gue urus dulu disini. Btw, lo masih lamakan pulangnya?” tanya Pram kepada sahabatnya itu.

“Tanpa lo minta juga gue pasti jagain calon bini lo kali, yuk Yuki kita pergi!” lengan Yuki ditarik secara terburu-buru oleh Dedeh dengan spontan Yuki pun melihat kearah belakang, calon suaminya itu tengah menampilkan raut datar, andalannya dengan menganggukan kepala dan senyum tipis diakhirnya.

Setelah berkeliling mall selama satu jam lamanya bersama Dedeh, Yuki sudah membeli dua buah novel dan satu buah baju yang digratiskan oleh Dedeh, itung-itung memanjakan calon istri dari sahabatnya yang sudah lama menjomblo itu katanya.

Awalnya Yuki menolak karena Yuki mempunyai uang sendiri dan merasa tidak enak, karena Yuki baru bertemu dengan Dedeh kedua kalinya sekarang walau dia sering bertukar pesan dengan sahabat Pak Pram tersebut.

“Kita nunggu Pram sambil makan saja bagaimana?” tanya Dedeh dan langsung disetujui Yuki, karena pas jam makan siang tadi Yuki tidak sempat makan dan sekarang sudah jam lima sore.

Kepala Desa Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang