"Katanya seterah Yuki Pak, kok malah Bapak yang ribet sih?"
_Yukina Arum P_Happy Reading
Sudah dua hari ini Yuki dan Pak Pram mengurus persiapan pernikahan mereka, mulai dari WO, souvenir, catering, seserahan, undangan, gaun dan segala tetek bengeknya yang menyangkut semua hal tentang pernikahan suci mereka nanti dengan dibantu oleh keluarga besar masing-masing.
Mereka sudah sepakat untuk akad akan dilakukan dirumah Yuki dan resepsi diadakan di sebuah taman bunga dengan mengangkat tema outdoor karena Pram ingin merayakan pernikahannya secara terbuka didesa dengan para warga.
"Apa ini tidak terlalu mencolok?" tanya Pak Pram memilih undangan-undangan bersama Yuki.
Yuki menyerngit heran, sedari tadi pagi Pak Pram selalu berkomentar tentang ini dan itu. Apa calon suaminya ini hilang ingatan tentang ucapannya semalam.
"Hah?"
"Aku tidak suka." jawabnya.
"Jadi Bapak pilih yang mana?" sodor Yuki menyodorkan sampel undangan ke Pak Pram. Sungguh Yuki sudah lelah walau baru setengah hari ia pergi dengan Pak Pram.
"Ini saja, simpel dan klasik tapi masih elegan," tunjuk Pak Pram kearah undangan yang berwarna cream yang dihiasi dengan tinta emas.
"Baik Mbak saya pilih yang ini, tapi saya mau bahan kertasnya yang ini ya Mbak," tunjuk Yuki kearah kertas yang tebal namun tidak kaku.
Setelah mengurusi cover undangan yang akan dicetak sebanyak tiga ribu undangan dan souvenir tiga ribu lebih, karena biasanya tamu undangan akan membawa pasangan, teman atau keluarganya jadi mereka menambahkan souvenir tersebut. Souvenir yang Pak Pram dan Yuki pilih yaitu ada handuk dengan kualitas premium, gelas mug besar dan lilin aromaterapi.
Pada saat memilih souvenir pun Pak Pram banyak protes ketika Yuki memilih jenis barang dan warna, jangan itu - jangan ini, warnanya enggak bagus, manfaat barangnya tidak ada, terlalu kekanak-kanakan. Sungguh cerewet sekali sawo matangnya.
Kemarin mereka sudah ke WO untuk membicarakan tema dan konsep dari akad sampai resepsi, tentunya atas permintaan Yuki ada nuansa warna pink dan bunga-bunga sebagai permintaan tambahan kepada Pak Pram. Syukurnya Pak Pram menyetujui dan tidak menolak, jika pun menolak Yuki akan kesal dan menyuruh Pak Pram untuk menikah dengan dirinya sendiri.
Dan nanti malam Pak Pram akan mengajak Yuki keluar lagi untuk membeli cincin pernikahan mereka karena Pak Pram sudah harus kembali lagi kekantor desa untuk bekerja setelah makan siang dengan calon istrinya ini. Yuki sendiri sedari kemarin ijin tidak masuk kerja karena demi mengurus pernikahannya nanti.
"Nanti aku jemput sehabis isya," seru Pak Pram sebelum Yuki keluar dari mobil. Yuki menganggukan kepala dan menjawab 'oke' kepada sawo matang lalu turun dari mobil setelah berpamitan.
"Assalamu'alaikum Bu,"
"Wa'alaikumussalam, loh nak Pram enggak mampir dulu?" tanya Arumi melihat anaknya masuk.
"Engga Bu, Pak Pram langsung balik ke kantor desa. Katanya buru-buru karena sudah telat," jawab Yuki langsung
merebahkan badannya disofa dengan paha Arumi sebagai tumpuan karena kebetulan Arumi sekarang tidak pergi keladang dan kebun demi untuk mengurusi pernikahan anaknya ini dengan Maryam, calon besanannya."Capek?" tanya Arumi mengusap dahi Yuki karena terlihat kerutan di antara alisnya.
"Iyah Bu. Ternyata lumayan capek yah menggabungkan dua pikiran dengan dua kepala yang beda!" seru Yuki yang kini tengah menikmati usapan tangan Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...