"Kok Mas Pram jadi gini sih?"
_Yukina Arum P_Happy Reading
Sudah tiga hari setelah kejadian malam itu, ah rasanya Yuki tidak sanggup menceritakan apa yang terjadi dan dilaluinya dengan suaminya saat itu, tapi yang pasti setelah kejadian kemaren Mas Pram sangat berubah dan aneh menurut Yuki.
Bagaimana tidak aneh, setiap hari suaminya selalu menempel dengannya, tidak ingin jauh-jauh, dan kerap kali merengek ketika Yuki tidak membalas pesan atau bahkan mengacuhkannya.
Perubahan drastis tersebut sampai buat seorang Yukina geleng-geleng kepala dan merasa gemas dengan tinngkah laku ajaib suaminya.
Contohnya seperti sekarang, dihari minggu pagi ketika Yuki sedang menanam bibit cabai dihalaman belakang rumahnya tiba-tiba sepasang tangan memeluknya begitu saja dari belakang.
"Kenapa tidak membangunkan Mas hmmm," ujarnya sambil membenamkan kepalanya di lekukan leher Yuki sampai buat sang empu kegelian dan merasa risih karena dia sekarang sedang berkeringat dengan kegiatannya saat ini.
"Mas lepas ih, Yuki sedang keringatan!" seru Yuki berusaha melepaskan pelukannya dan Pram pun mengalah dengan melapaskan lingkaran tangannya di perut istrinya ini.
"Sedang apa?" tanya Pram melihat istrinya melakukan pekerjannya kembali.
"Menanam bibit cabai, lumayan jika sudah berbuah Yuki enggak usah beli lagi ketukang sayur atau kepasar, tinggal petik dan masak!"
Pram yang mendengarkan pun hanya ber-ohria dan kembali masuk kedalam rumah untuk membuat secangkir kopi dan susu coklat panas untuk istrinya. Kalau urusan membuat minuman, Pram bisa kok tapi untuk memasak Yukilah jagonya.
"Sini minumlah dulu, selagi masih panas!" seru Pram duduk dan menaruh minuman yang tadi dibuatnya dimeja sambil melihat istrinya yang rupanya sudah selesai dengan acara bercocok tanam.
"Oh iya Mas Yuki belum buat sarapan omong-omong hehehe," cengir Yuki ketika sudah bersih-bersih tangan dan kakinya yang terkena tanah dan pupuk tadi lalu mendudukan pantatnya ke kursi bersama Pram.
"Maaf, lupa," cengirnya lagi dan menerima segelas susu coklat panas buatan suaminya ini.
"Enggak papa," jawab Pram halus.
"Yuki masakkan nasi goreng saja yah, gapapa kan?" tanya Yuki sambil melirik suaminya itu yang tengah menatapnya intens sampai buat Yuki sendiri merinding melihatnya.
"Enggak papa," jawab Pram lagi.
"O-oke." Sumpah Yuki rasanya tidak kuat jika suaminya itu menatapnya seperti ini, selalu saja begini.
Walau gaya bicara Pram belum semuanya berubah, tetap kaku tapi tidak sekaku dulu namun dari segi perhatian dan tingkah lakunya tersebut kerap kali buat jantung Yuki jumpalitan sendiri.
Nasi goreng sudah terhidang dimeja makan komplit dengan telur setengah matang. Sebenarnya selain Yuki alergi dengan telur puyuh, dia juga alergi dengan telur biasa kalau terlalu sering mengonsumsinya tapi tidak separah dengan telur puyuh, tapi tetap saja rasa gatal bahkan bitnik-bintik merah timbul jika sudah diambang batas.
Apalagi sudah tiga hari ini suaminya itu terus meminta dimasakkan telur dengan segala variasi yang dibuat Yuki. Yuki yang dari dulu selalu terbiasa makan tidak lebih dari tiga atau dua macam lauk, merasa tidak enak juga kalau dia tidak ikut memakan telur yang dibuatnya.
"Gimana mas, keasinan yah? Tadi kayaknya kebanyakan naruh garam deh!" seru Yuki melihat Pram makan dengan tenang.
"Enggak kok, pas," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepala Desa Falling In Love
Romance"Yuki Ibu mau melihat kamu menikah nak!" Bagai sambaran petir di siang bolong Yuki menemukan Ibunya tergeletak tak sadarkan diri di dapur dan setelah sadar pun Ibunya kini mengatakan hal yang membuat Yuki seperti tersengat aliran listrik. Bagaimana...