BAB 22 : Jadi Ibu?

1.8K 113 10
                                    

“Kabar baik apa kabar buruk?”
_Yukina Arum P_


Happy Reading



“Tolong kamu kocokin adonannya dulu, Mamah mau ke wc,”

“Baik Mah,” sahut Yuki menerima mixer dan  adonan kue dari Maryam.

Pagi hari ini setelah Pram dan Papah mertuanya berangkat bekerja, Maryam mengajak Yuki untuk membuat kue kesukaan Pram dan beberapa cookies.

Yuki meneruskan kegiatan Maryam dan kerap kali mengecek cookies yang berada di mesin oven apakah sudah matang atau belum, takut-takut gosong dan tidak enak jika dimakan.

“Pram pas kecil suka banget sama kue buatan Mamah Yuki asalkan kamu tau!” seru Maryam ketika melihat menantunya mengeluarkan cookies dari mesin oven. Yuki yang melihat Maryam sudah menuju kearahnya lalu menuangkan adonan yang sudah cukup mengembang setelah di mixer tadi ke dalam loyang.

“Dulu Pram selalu ingin dibuatkan kue, apalagi pas jaman sekolah dia minta dibekalkan lebih untuk teman-temannya juga katanya.”

Yuki mendengar cerita Maryam tersenyum, pasti suaminya dulu sangat imut.

“Sampai dia dijuluki teman-temannya cute boys, karena pipi Pram kecil yang tembam dan mata bulatnya yang imut ditambah dia kemana-mana membawa makanan manis.”

“Hahahaha,” kekeh Yuki merasa lucu dengan suaminya itu.

“Tapi pernah saat kelas lima SD Pram tidak ingin dibawakan kue manis lagi, dia sering kali dibully oleh teman-temannya karena badannya yang gendut dan dikatai gajah.”

Yuki sempat terkaget, ternyata Pram kecil pernah mengalami bully. Pasti orang yang membully suaminya itu menyesal jika mereka tahu Pram besar sudah sukses dan menunjukkan dirinya bahwa dia sukses dan berhasil.

“Nah coba cicipi!”seru Maryam memberi Yuki cookies coklat yang sudah dipindahkan ke toples kaca.

Coklat, entah kenapa Yuki mencicipi cookies tersebut sedikit mual padahal tadi saat memasaknya dia merasa biasa saja.

“Gimana?” tanya Maryam menatap menantunya meminta pendapat. Pastinya sangat enak, pikirnya.

“Mah, rasanya enak tapi Yuki –”

“Huek …”

Yuki langsung menuju wastafel dan memuntahkan makanan yang sudah masuk sedari pagi.

“Loh kamu kenapa sayang?” panik Maryam membantu memijat tengkuk Yuki khawatir, tiba-tiba menantunya ini memuntahkanya semua. Apa cookies yang dibuatnya tadi tidak enak atau ada bahan yang sudah kadarluarsa, tapi itu tidak mungkin karena Maryam sudah mengeceknya sebelum buat.

“Nih minum dulu yah,” Maryam membantu Yuki untuk minum air hangat setelah aksi Yuki muntah-muntahnya tadi.

“Maaf Mah,” desah Yuki tidak enak karena merepotkan mertuanya.

“Udah gapapa, sekarang kamu istirahat dikamar yah. Mamah bantu sini,” papah Maryam menuju kamar anaknya.

Setelah Maryam membantu Yuki untuk berbaring dan mengoleskan minyak kayu putih diperut kemudian leher dan juga memastikan Yuki sampai tertidur, dia langsung menelpon anaknya agar segera pulang secepatnya. Namun yang ditelpon pun tak kunjung diangkat, ada apa sih dengan anaknya itu dihubungi kok susah banget. Kesal Maryam.

Akhirnya Maryam memilih untuk menelpon suaminya saja untuk cepat pulang kerumah, dia takut terjadi apa-apa dengan Yuki, apalagi hanya mereka berdua di rumah tidak ada siapa-siapa.

Kepala Desa Falling In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang