Chapter 17

59 12 174
                                    

Kamu tentang bintang, seberapa jauh jaraknya?
-
-
-

Awal Musim Dingin, 2018.

Gemerlap lampu-lampu yang menyinari ruang megah ini menyilaukan, aku sedikit memicingkan mata sambil memakai tangan untuk menghalau sinar yang menusuk ke netra. Lalu pandanganku mengitari sekitar dan kebisingan yang ada masih tidak mereda, bahkan setelah setengah jam aku berada di antara para tamu undangan.

Kutemukan Treslin dengan gaun pengantinnya, dia berjalan kepayahan mendekatiku. Aku tersenyum dan bergegas mengahampirinya.

Kupeluk dia dengan erat, air mataku menetes, perasaan bahagia untuknya tak bisa terjelaskan. "Selamat, aku masih tidak percaya kamu benar-benar menikahi pria cerewet seperti Darrel." Gurauku, mencoba menutupi berbagai perasaan yang menerjang.

Treslin menjauhkan tubuhnya lalu tersenyum lebar. "Aku yang harusnya menangis, mengapa kamu yang begitu cengeng malam ini?" Dia tak menyembunyikan raut semringah, begitu bahagia yang memamg pantas dia miliki.

Aku menggeleng, mengahpus air mataku dan berulang kali bersungut-sungut "Pergantian musim. Kau tahu maksudku, ini hanya flu."

Dan detik selanjutnya setelah aku mengeluarkan ucapan konyol tersebut, ketukan jari menyentuh ubun-ubunku. "Alasanmu itu..." Dan Derrel pelakunya.

Aku melirik nyalang. "Jangan merusak tataan rambutku tuan pengantin."

"Aku tidak terbiasa dengan sebutan itu." Dia menampilkan ekspresi aneh.

"Tres, dia baru saja menyangkal pernikahan kalian." Aku bergurau pada Treslin dan wanita tersebut hanya memutar bola mata.

"Jangan berbuat kacau nona, kamu jelas tak ingin mendengar kami pisah ranjang di malam pertama." Bodohnya si cerewet ini menimpaliku.

Treslin berdecak jengah. "Diamlah Darrel, perbincangan kalian
sungguh bodoh." Omelnya.

Aku mengedipkan bahu dan saling pandang dengan Derrel sambil nyengir. Tapi itu hanya sesaat ketika tanganku di raih oleh Treslin dan ketika fokus melihat pada dia, kutemukan bibirnya tersenyum hangat. Tapi, entah kenapa ada sirat lain dari matanya yang menatapku.

"Seseorang ingin bertemu denganmu." Ucapnya.

"Siapa?" Tanyaku dan tanpa sadar mengerutkan alis. Kulirik Darrel, kini dia juga melihatku dengan cara yang sangat serius. "Siapa?" Tanyaku lagi.

"Dia menemuiku di rang pengantin tadi dan meminta menunggu disana, ayo..." Dengan lembut Treslin menarik tanganku.

"Aku akan duluan memberi tahu dia, kalian cepatlah menyusul." Ujar Derrel dan istrinya mengangguk lalu bergegas dia melangkah mendahului kami.

"Ada apa ini Treslin? Siapa yang ingin menemuiku" Tanyaku untuk kesekian.

"Ikut saja. Jika nanti kamu tak ingin berbicara dengannya, itu keputusanmu, tapi kamu temui dia dulu." Treslin hanya menimpaliku dengan tidak jelas.

Dan meskipun terasa mengganjal, tapi akhirnya aku tidak lagi bertanya. Memilih diam dan melangkah tenang di samping Treslin.

Sesampainya di ruangan tersebut, langkah kami terhenti. Beberapa saat Treslin hanya menatap pintu di depan kami, dia mengheka napas lalu melirikku. "Keputusan milikmu, okay." Ucapnya

Aku bingung akan perkataannnya tapi belum sempat aku menyahuti,dia sudah mendorong pintu itu hingga terbuka lebar. Aku melihat ke dalam sana, kemudian netraku terpaku pada wanita yang sedang berdiri tersebut. Derrel ada di sampingnya tapi kemudian pria itu berjalan ke arahku.

Gelasia : AboutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang