Chapter 19

51 11 86
                                    

Mulmednya adalah pencipta semua ide dari Gelasia : About. Setiap nulis musik ini pasti zewi putar. Jadi di chapter ini zewi bagi ke para readers☺❤

Selamat membaca 🙏🏻

Kamu dan tentang labirin konyol itu.

-
-
-

Dan bodohnya kami hanya saling menatap seperti ini. Dia benar-benar penuh dengan kejutan, dari dulu sampai sekarang.

Situasi di antara kami bukanlah arena mainan dan seharusnya sebentar saja dia membiarkan aku melihat mimiknya tak harus begitu biasa. Terkejut karena kehadiranku, mengabaikanku atau yang lebih masuk akal adalah menghindariku seperti yang sudah-sudah. Tapi dia tahu aku ada disini, dia sedang menatapku-lurus menatapku.

Lalu kenapa?

Dia begitu tenang.


"Meirka menemuimu?" Suaranya yang bertanya juga terdengar normal.

Dia tahu itu.

"Di lihat dari raut wajahmu sepertinya kalian benar-benar bertemu." Dan dia tersenyum tipis sambil menggeleng. "Anak itu, dia tidak merubah kebiasaan ikut campurnya."

Kemudian kami kembali saling menatap, senyumannya juga menghilang dan aku mulai tidak tenang sendiri karena suasana ini.

"Kau tidak pernah betul-betul percaya padaku. Kau membenci sifat idelis di keluargamu tapi kau juga seperti itu.  Mengambil keputusan dengan pertimbangan untuk dirimu sendiri, tidak mau tahu bagaimana denganku menjalani semuanya setelah menetapkan keputusan itu." Aku menggeleng tegas. "Agar yang terbaik untukku? Tidak, itu untuk keegoisanmu, semua hanya untuk rasa nyaman di hidupmu."

"Kamu salah Gelasia," tidak berapa detik setelah aku selesai berbicara dia menyahuti sambil mengalihkan fokusnya pada barang rakitan yang entah apa itu. "Hari jadian kita itu besok."

Alisku terangkat. Sulit percaya dia mengucapkan kalimat yang sangat bodoh di atmosfer seserius ini, bahkan setelah cecok rentetan kalimatku tadi. Meski begitu, reflek aku segera mengambil handphone dan mengecek kalender disana, mulutku ternganga saat tanggal yang sudah kuberikan fitur clip memang harusnya adalah besok.

Tunggu dulu, aku mengerjap berkali-kali, sambil menatapnya. Canggung, demi apapun sekarang menjadi begitu aneh dan entah apa lagi sebutannya.

Dia melirikku dan tersenyum sekilas. "Aku paham jika kamu mulai lupa. Dua bulan lagi seharusnya tepat enam tahun aku meninggalkanmu, hanya saja aku tidak mengerti meskipun sudah menyiapkan diri, namun aku benar-benar tidak menyangka hal ini  akan terjadi." Dia geleng-geleng kepala. "Akan? Apa aku boleh menyebutnya seperti itu?" Kali ini dia mendongak, menatap dengan raut bertanya padaku.

Dia meminta persetujuanku.

Aku memilin ujung baju, menunduk, dan harus mengendalikan diri. Aku mengambil keputusan saat dalam perjalanan tadi, tapi perkataanku tidak sepenuhnya salah. Jika itu seharusnya besok, lalu kenapa dia ada disini sekarang?

"Aku mengingat betul kebiasaanmu mengambil keputusan serampangan jika terdorong sesuatu Gelasia. Jika Meirka menemuimu maka tempat pertama dimana kamu mencariku adalah disini, selebihnya hanya tebakanku tapi kamu datang, dan aku benar." Tangannya berhenti mengerjakan benda itu dan menaruhnya ke atas meja, mendorongnya ke hadapanku.

Harpa

Itu adalah miniatur harpa. Mataku menilik dia dengan sirat bertanya,
aku tahu salah satu kelebihan pria ini adalah, dia terlalu kreatif. Tapi ketika tangan dan otaknya sedang bekerja hasil yang muncul adalah seuatu yang unik untuk ukuran penilaianku.

Gelasia : AboutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang