Chapter 14

47 13 101
                                    

Sesulit itu mengabaikan tentang bagian darinya

-

-
-

Aku tak mengerti, cukup lama hanya berkedip-kedip setelah dia mengatakan itu.

"Apa maksudmu?" Pertanyaanku akhirnya bisa keluar.

"Aku sudah mengatakannya, aku tidak pernah meminta untuk bertemu." Dia mengelus anak kucing di gendongannya. "Aku yang tak mengerti maksud tante." Sambungnya sambil kembali menatap lurus padaku.

Aku ingin menimpali dia segera, tapi tak jadi ketika klakson dari bis wisata yang mengantar anak-anak itu kembali berbunyi untuk yang kesekian. Aku baru menyadari sudah cukup lama aku menahan anak ini untuk berbicara denganku.

Dia berbalik dan tubuhnya yang berbalut blazer tipis itu bergegas berjalan ke tempat bis terparkir, tapi setelah beberapa langkah menapak, dia berhenti lalu membalikkan badan."Aku harus segera pulang tante, aku sudah di tunggu untuk pesta malam ini." Ujarnya dengan mata menatap lurus padaku.

"Pesta?" Sahutku cepat

Dia mengangguk. " Pesta ulang tahunku, jika tante mau datanglah." Dan dia tersenyum tipis. "Sungguh aku tak pernah meminta tante bertemu, tapi berbeda dengan yang ini. Akan kukirimkan alamat rumahku."

Dan kaki kecilnya itu kembali bergerak, berlari menjauh. Aku hanya mampu memandangi, termangu bahkan ketikan kendaraan yang membawanya mulai meninggalkan tempat ini, dari jendela bis aku melihatnya melambaikan tangan kepadaku. Helaan napas yang sedari tadi tercekat, akhirnya bisa kuhembuskan, aku benar-benar tak bisa memahami semuanya.

Kubuka handphone, dan membaca kembali pesan yang kemarin masuk ke room id chat milikku.

lalu siapa yang mengirim ini?

___

"Kenapa belakangan kamu jarang berkunjung? Kamu bahkan tidak datang saat aku mengundangmu ikut makan malam bersama minggu lalu."

Aku menunjukkan senyum kecut pada Treslin, agak setengah hati mau memberikan jawaban pada tunangan Derrel tersebut.

"Apa itu cukup buruk?" Tanyanya lagi.

"Dia baru saja bertemu dengan anak mantannya, bagaimana menurtumu?" Derrel menyela dari arah pintu dapur, dia melangkah menghampiri kami sambil tersenyum mengejek padaku.

"Berarti itu sangat buruk." Treslin menimpali sambil meraih kaleng soda yang di bawa oleh Derrel, kemudian menyodorkan satu padaku.

"Ini yang aku hindari, kalian terus-terusan menggodaku." Sungutku, lanjut meneguk soda kaleng itu. "Kapan tepatnya pernikahan kalian?" Tanyaku kemudian.

"Kau mengalihkan pertanyaan." Sahut Treslin, matanya menatap selidik padaku.

"Ayolah..." aku mendesah jengah sambil mengedipkan bahu. "Entahlah..."

"Bukankah semuanya sudah selesai sebulan lalu?"

"Iya, tapi aku harus bertemu lagi dengannya karena tunanganmu." Ujarku sambil melirik sinis pada Derrel.

Treslin tersenyum. "Kalian sedang menangani pekerjaan penting. Kamu harus ada disana, Derrel bahkan tak bisa melakukannya sendiri, kamu penanggung jawabnya."

Aku memutar bola mata, kembali jengah mendengar nada pembelaan untuk kekasihnya, tapi itu memang benar. "Aku tak tahu...sudah cukup memusingkan."

"Sepertinya pertemuan dengan anak itu juga berakhir tak baik." Derrel membuka pembicaraan lain, dan poin ini yang kuhindari.

Gelasia : AboutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang