Prolog

238 41 28
                                    

"Katakan, kalimat seperti apa yang ingin kamu dengar?" Suaraku serak bertanya, seperti tenggelam bersama tangisan yang mencoba mengikis pertahananku.

Dia mendekati dan tanganku segera mengacung, memberi tanda padanya untuk berhenti.

"Jika kau bisa menghilang tanpa alasan yang pasti dulu, maka saat ini aku tahu kau juga bisa melakukannya lagi. Jadi jangan kembali masuk di hidupku hanya untuk itu."

Aku menghapus air mata yang masih saja mengalir dari tempatnya, berniat berbalik meninggalkan dia.

"Aku selalu merindukanmu..."

Suaranya itu tidak seperti dia mencoba menahanku, tapi tetap saja langkahku terhenti begitu saja.

"Aku tidak pernah berniat lupa tentang dirimu, hari-hari yang aku tahu hanya berputar tentang bagaimana caranya hidup dengan baik untuk bisa kembali padamu. Tak ada yang lebih membuat hatiku lega selain melihatmu baik-baik saja. Begitu juga seperti ini, sudah cukup."

Semua kalimat Yoda itu terasa membakar segala sisi amarah dalam diriku, tanganku mengepal kuat menahan emosi yang lagi-lagi ingin mencuat. Sekali entakan, aku berbalik dengan cepat melangkah kembali ke hadapannya.

"Kau mengatakan untuk menunggu, iya, aku dengan bodoh melakukan itu. Aku sudah meyakinkan diri sendiri untuk berhenti saat kau tak pernah datang. Aku juga sudah bilang itu padamu, tapi kau ingin mendengar lebih banyak? Sebenarnya apa yang kau mau?!"

Jariku menekan kasar ke dadanya dan mataku, yang kutahu sudah memerah akibat banyaknya air yang keluar, mengunci netranya yang begitu tenang.

Yoda, apa kamu juga ingin tahu betapa menyakitkannya itu?

Gelasia : AboutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang