Tentang bagian yang aneh itu.
-
-
-Demi Tuhan!
"Berhenti!"
Dan aku hampir terantuk ke paving block mobil sedetik setelah berteriak. Untungnya Darrel langsung merentangkan tangan menangkap bahuku.
"Ada apa?" Dia bertanya panik.
Aku tak menjawab dan bergegas turun dari mobil yang akan membawa kami kembali ke kantor tersebut. Aku berlari ke arah batang horse chestnut dan segera memuntahkan semua isi lambungku disitu, apa yang aku makan di restoran tadi keluar hingga bersisa cairan asam, membuat rasa pahit memenuhi seluruh mulutku.
Tepukan pelan menyentuh punggungku.
"Jangan melihatnya." Suaraku bergetar sambil mendorong pinggang Darrel.
Dia berdecak dan tepukannya agak mengeras. "Sudah jangan bicara, keluarkan saja semuanya. Setelah ini kamu akan sedikit membaik."
Aku termanguh sejenak. Lalu, dengan gontai aku berdiri, kemudian menatap wajah Darrel. Kurasakan usapan pelan crap di mulutku yang di sapukan temanku ini. Dan tanganku sendiri terangkat manghapus air mata yang lagi-lagi jatuh. Kemarahan seperti ini adalah yang pertama kali terasa nyata menguar dari diriku. Meski begitu, tetap saja, kutepuk dadaku dengan keras. Berkali-kali. Sangat sesak.
"Karena begitu naif aku memikirkan celah bagian yang salah, memaksa keadaan berbalik agar semuanya tidak benar. Hanya saja, Yoda sudah memperjelas dan akulah yang bermasalah, Darrel."
Tatapan Darrel berubah menjadi sayu.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku, entah pada Darrel atau diri sendiri. Semuanya terasa nelangsa.
Darrel menarikku kedalam pelukannya. Dan tepukan lembut tadi kembali terasa di punggungku.
Hal yang sama dia lakukan tiap kali menemukanku merasa jatuh selama 5 tahun ini.
....
1 Bulan Kemudian.
Tentu saja aku pernah merasakan pekerjaan yang menyenangkan, itu saat setengah tahun awal masuk dunia kerja dan seiring waktu, aku mulai menemukan titik jenuh. Namun, sebulan terakhir, aku benar-benar merasa kembali berbeda. Seperti semuanya harus kukerjakan.Menjadi superior?
Ini sebutan paling sederhana yang bisa terpikirkan, karena aku benar-benar mampu meminta tambahan jam kerja dari ketua tim divisi, bahkan mengambil bagian lembur dari teman kantor yang lain.
"Gelasia?"
Aku hanya mendongak sebentar lalu kembali sibuk pada komputer di depanku. "Hmm, kenapa Darrel?"
"Aku sudah berbicara pada ketua tim, kamu boleh cuti hari ini."
Tanganku seketika berhenti mengetik dan mengernyit padanya. "Aku tidak sedang ada keperluan. Kenapa mengajukan cuti untukku?"
Darrel menghela napas, dia duduk di kursi kerja bersampingan denganku. "Gelasia, yang lain mengira itu karena kamu workaholic, tapi sebagai teman yang tahu apa maksud sikapmu, jelas aku tidak bisa mengabaikannya. Sebulan belakangan semua orang juga mulai heran dengan caramu yang tidak masuk akal, yang acuh saja menjadi bertanya-tanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelasia : About
RomanceIn Her Freak Love Saat terburuk dalam hidupku mungkin tentang mengenalnya. Atau tidak juga, tidak ada cinta yang sama di dunia. Mungkin, aku kurang beruntung saja terjebak dengan satu pria aneh ini di London. Atau mungkin juga, aku terlalu beruntung...