Dia yang memberi perasaan menakutkan
-
-
-
Berkali-kali aku mengatur napasku yang tercekat kembali, ini tidak mungkin.
Tapi ruangan ini kosong, jadi apa itu benar? Tidak masuk akal yang staf tadi bicarakan adalah Maela? Itu tidak benar. Pelan aku berjongkok pada kaki bangsal di sampingku, menyembunyikan kepalaku disana.
"Apa yang sudah kulakukan? Seharusnya mengabaikanmu, aku..."
"Maela tidak apa-apa."
Kepalaku langsung mendongak, suara itu sangat mengangetkanku, semula terpikir aku menjadi halusinasi, tapi kemudian kutemukan tangan kecil menyentuh pundakku.
"Maela tidak apa-apa, kenapa tante menangis?" Suara tanya tersebut kembali mengalung dan aku sadaR dia nyata.
Segera kutarik tubuhnya kedalam pelukanku, aku bahkan tak pernah merasa lega seperti sekarang, seolah hal menakutkan yang tadi mengimpitku menghilang begitu saja. "Syukurlah..sungguh. Terima kasih kamu tidak apa, terima kasih kamu baik-baik saja." Ucapku berulang-ulang sambil terus mengeratkan pelukanku padanya.
Kulepas dia kemudian. Kamu terluka? Hmm, bagian mana? Tanyaku sambil memeriksa semua bagian tubuhnya yang di jangkau pikiranku. Dan air mataku jatuh lagi saat menemukan luka di kedua telapak tangannya dan juga pada keningnya.
"Ini hanya luka kecil jadi Maela tidak merasakan sakit."
___
Perasaanku yang kacau balau tadi akhirnya kembali tertata dengan baik. Aku memandangi genggamanku pada tangannya lalu melihat ke wajahnya dan aku menggeleng, rasanya tak habis pikir. Luar biasa tadi aku berlari kesetanan ke rumah sakit karena dia, sekarang malah harus berjalan santai sambil memegangi dia di trotoar.
"Bagaimana bisa kamu ada di Kennington?"
"Rumah Maela di Methley St, Maela kan sudah kirim maps-nya ke tante." Dia menjawab segera tanpa keraguan.
Tempat itu memang berdekatan, pantas saja anak ini bisa sampai kesana. Lagipula, aku sama sakali tak memeriksa alamat yang dia kirimkan, tentu saja aku tak tahu. "Tapi kenapa kamu ada di luar malam-malam begini dan sendirian?" Tanyaku lagi.
Kali ini dia tak segera menyahut, dia hanya mengikuti langkahku sambil menunduk.
"Ada apa?" Aku kembali melemparkan pertanyaan, dan dia masih diam. "Maela..." kali ini kupanggil dengan nada sedikit menuntut.
"Panter menghilang, Maela pergi mencarinya."
"Panter?" Tanyaku mengejar.
"Kucing yang tante berikan, dia kabur dari rumah saat pesta tadi, Maela keluar untuk cari."
Aku mangguk-mangguk mengerti, tapi kemudian itu juga membuatku menyadari keanehan kalimatnya. "Kamu pergi dian-diam?"
Dan kepalanya mengangguk, aku terperangah dan segera memeriksa jam tangan. Sepertinya sudah cukup lama sejak anak ini menghilang, pasti Yoda dan istrinya sudah menyadari itu dan mencari anak mereka.
"Kenapa polisi menelponku bukannya keluargamu?"
Anak ini mengedipkan bahu, sekilas kulihat keningnya berkerut.
Apa dia kesal?
Dan aku ikut berjengit ketika dia menghela napas. "Maela masih sibuk mencari kucing itu dan tiba-tiba ada pengendara sepeda tidak sengaja menabrak, tapi lukanya cuma segini," dia menunjukkan goresan kecil di telapak tangannya, lalu menunjuk keningnya yang sudah di perban, "karena sendirian mereka mengira Maela kabur dari rumah dan seenaknya menyita handphone. Dan saat pesta tadi Maela terus menelpon tante, jadi nomornya ada di daftar pertama panggilan, mereka mengira kita keluarga jadi tante yang pertama kali mereka hubungi." Runtutnya dengan jelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/241347569-288-k395832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelasia : About
RomanceIn Her Freak Love Saat terburuk dalam hidupku mungkin tentang mengenalnya. Atau tidak juga, tidak ada cinta yang sama di dunia. Mungkin, aku kurang beruntung saja terjebak dengan satu pria aneh ini di London. Atau mungkin juga, aku terlalu beruntung...