━━━quidditch test.
AKU tidak tahan memutar bola mata saat melihat James Potter melebih-lebihkan luka di punggungnya pada Lily Evans agar gadis itu peduli. Gadis cantik berambut merah itu dengan lugunya iba. Kulihat tangannya mengelus punggung James dan lelaki itu berkata, "Rasanya membaik setelah kau sentuh."
Menggelikan.
Aku tidak menggubris lagi dan kembali melahap makan malamku. Anne belum mengetahui yang sebenarnya. Hanya saja Zoya Curie sedikit mencurigaiku. Sedari tadi gadis itu melirik. Ia akan mendesakku untuk cerita setelah ini.
Zoya mendekat padaku. Ia berbisik, "Ada apa denganmu hari ini?"
"Potter berulah kembali," jawabku pelan.
Zoya mengangguk, ia tidak terkejut dan memilih tidak bertanya lebih jauh. Sepertinya perdebatan atau pertengkaranku dengan James sudah tidak mengejutkan bagi banyak orang. Untunglah Zoya cepat bungkam. Dia terlalu ingin tahu masalah orang.
Saat keluar Great Hall, aku memanggil Sirius. Seperti dahulu, aku tidak repot melirik James, Remus, dan Peter. Aku hanya membutuhkan Sirius. Lagipula aku akan marah kembali jika melihat wajah James.
"Soal James-"
"Milikmu," potongku. Kusodorkan two-way mirror Sirius. Kami berdiri di koridor, tak jauh dari pintu masuk Aula.
"Aku sudah berkata pada James untuk tidak bertindak apapun." Sirius mengklarifikasi.
"Aku tahu dirimu," timpalku cepat.
Sirius tidak akan memberikan ide bodoh seperti itu. Ia tidak ingin mencari masalah denganku tepatnya. Kami bermain sejak kecil. Sirius tahu apa yang kubenci dan aku tahu apa yang membuat Sirius mengamuk selain Bibi Walburga.
"Maafkan James," tutur Sirius.
Aku diam. "Dia kurang ajar."
"Apa kau tidak merasa bersalah, Lea?" Tanya Sirius hati-hati namun sedikit menyindir.
Aku merasa tak enak hati. Aku mengaku jika sebenarnya ini salahku karena telah membawa barang kepunyaan Sirius, tapi aku tidak ingin mengatakannya dengan keras.
Marah seperti tadi juga sangat tidak dibenarkan. Selama di kamar aku menenggelamkan kepala pada bantal. Aku mengingat reaksi Peter, Remus, Sirius, juga James Potter. Mereka takut padaku. Itu perasaan yang mengusik. Rasanya aku seperti monster.
Cukup berani untukku menunjukkan wajah di hadapan The Marauders setelah apa yang kuperbuat. Aku tidak ada bedanya dengan mereka yang suka memanterai Severus.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James Potter
Fanfiction❝What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet.❞ -Juliet (Act II, scene II) Dan James Potter berani menulis takdirnya sendiri hanya untuk berakhir dengannya. ⌗ James Potter x OC Marauders era