THIRTY FOUR

2K 255 54
                                    









───remember.













Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













· · ────── 𐂂 ────── · ·

Tulisan yang bercetak miring adalah kilas balik.

· · ────── 𐂂 ────── · ·












"SELAMAT datang..."

Yang pertamakali kulihat adalah lampu gantung indah di langit-langit. Aku mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya. Ini terang dan dingin. Apakah aku sudah meninggal? Akan kuhantui Sirius sebagai balas dendam. Akan tetapi, apakah surga memiliki lampu semacam itu? Dan apakah surga berbau seperti sabun?

"...di alam bawah."

Kini aku dapat melihat tiga kepala meski sedikit kabur. Apakah Cerberus? Seseorang mengatakan alam bawah. Aku mengedipkan mata sekali lagi. Ah... itu kepala Lily Evans, Sirius Black, dan James Potter. Mereka menunduk melihatku. Wajah James paling dekat, dan aku dapat merasakan detak jantungnya.

Tunggu.

Tangan hangat melingkar di pundakku. Kepalaku yang serta merta bersandar pada dadanya seolah begitu berat. Degup jantung James yang berdetak cepat di telinga kananku dengan jelas ketika kutatap matanya. Mataku membuka sepenuhnya, melotot bahkan.

Lantas aku berdiri tegap dan keseimbanganku oleng. Aku mundur satu langkah untuk membetulkan pijakkanku.

James hendak meraihku namun Sirius sudah menyentuh pundakku, memastikan aku tidak akan terjatuh. Lily pun berjalan dan berdiri di sampingku, melingkarkan kardigan di pundakku. Gadis ini suka sekali melakukan hal seperti ini.

"Easy, Lea." Sirius membenarkan letak kardigan di pundakku.

Aku melayangkan pandang ke sekelilingku. Kolam berbusa, bilik-bilik toilet, lampu gantung. Aku masih berada di kamar mandi prefek. Itu berarti aku tidak pingsan terlalu lama.

"Apa barusan kau membaringkanku di lantai kamar mandi?" tanyaku pada James.

James menghela napas dan berdiri. "Sama-sama, Yang Mulia." Ia menunduk hormat, terlihat mencemooh.

Aku mendengus dan mengeratkan kardigan Lily di tubuhku. Tubuhku terasa tidak nyaman dengan fakta bahwa aku duduk di kamar mandi prefek. Lebih parah lagi, aku didekap oleh James Potter. Aku mengabaikan jantungku yang berdegup ramai.

"Kau baik-baik saja?" Lily menyentuh pundakku.

"Iya," desahku lelah.

"Bagaimana?"

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang