───bloody night.
AKU mengamati tiap gerak-gerik Regulus dengan cermat akhir-akhir ini. Seseorang yang mendapatkan misi untuk mencabut nyawa pertamakali akan terlihat ganjil. Syukurlah Regulus tidak berperilaku aneh. Ia lebih sering mengeluh saat ini.
"Pangeran Kegelapan jarang memberiku tugas," kata Regulus. Ia terlihat jauh dari kata bangga seperti pertamakali dia bergabung Pelahap Maut.
Aku berselebrasi dalam hati. Mengetahui bahwa Regulus mungkin tidak akan terlalu terlibat dalam kegelapan Pelahap Maut. Mungkin karena ia masih begitu belia. Orang dewasa memang seperti itu, gemar meragukan kekuatan pemuda dan pemudi. Aku yakin Regulus penyihir brilian di umurnya yang baru saja enam belas tahun. Sayang sekali potensinya itu digunakan dalam hal menyimpang.
"Sabar, Black. Dia mungkin sibuk membagikan tugas ke anggota lain," hibur Severus Snape.
Aku memutar bola mata dengan perkataan Snape. Itu tidak lucu.
"Justru bagus jika Pangeran Kegelapan tidak memberimu tugas," celetukku.
"Apa maksudmu, Lea?" tanya Regulus bingung campur tersinggung.
"Kau seharusnya fokus pada sekolahmu," kataku.
Regulus menghembuskan napas berat. Ia merajuk.
"Aku merasa tidak berguna," gumam Regulus.
Rasa penyesalan menyerubungiku. Regulus tak pernah merasa cukup. Tuntutan orang tuanya begitu besar. Ia satu-satunya pewaris Keluarga Black saat ini karena Sirius sudah dikeluarkan. Seharusnya aku memahami ambisinga untuk bergabung Pelahap Maut dan mengerjakan semua tugas dari Pangeran Kegelapan dengan sempurna.
Mungkin Regulus berkata demikian secara tak sadar dan tak ada niatan macam-macam. Namun aku khawatir dan kasihan. Regulus masih sangat belia.
"Jangan berkata seperti itu!" kataku galak pada Regulus. "Kau masih muda, oke? Jangan membebani dirimu."
Regulus menatapku dengan mata lebar. Ia terkejut. Kekehan keluar dari bibirnya. "Kau hanya satu tahun di atasku, Lea."
"Aku memakan asam garam setahun lebih lama daripada dirimu," balasku sembari berdiri.
"Kau mau ke mana?" tanya Regulus.
"Membaca," jawabku.
"Di hutan?" Severus menceletuk.
Aku mengangguk.
"Anne Nott tidak akan suka," kata Severus.
Aku memutar bola mata. "Jangan banyak bicara." Dan aku melenggang ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James Potter
Fanfic❝What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet.❞ -Juliet (Act II, scene II) Dan James Potter berani menulis takdirnya sendiri hanya untuk berakhir dengannya. ⌗ James Potter x OC Marauders era