SEVENTEEN

1.7K 297 46
                                    








───follow your heart.














Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














PAGI hari setelah aku bersiap rapi dengan seragamku, Zoya menghujaniku dengan banyak pertanyaan. Semalam aku tidak di asrama sampai tengah malam, dan itu membuat Zoya khawatir meski lebih condong penasarannya.

"Aku makan malam di dapur seperti biasa," dustaku.

"Mengapa sampai tengah malam?" Zoya pantang diam.

"Kalian membahas apa?" celetuk Anne Nott. Ia baru saja keluar dari kamarnya sama seperti kami.

"Tidak ada," jawabku enteng sembari menutup pintu kamar lalu membetulkan letak tas selempangku.

"Lea tidak ada di kamar sampai tengah malam," adu Zoya.

"Benarkah?" tanya Anne. Ia lalu menatapku.

"Sudah ku bilang aku makan." Aku menekan dua kata terakhir agar Zoya dan Anne tidak bertanya-tanya lagi. Kulangkahkan kaki berjalan mendahului mereka.

Hari ini akan sama seperti hari lainnya. Aku tidak makan di Aula seharian. Cepat-cepat aku berbelok pada lorong menuju kelas Satwa Gaib, namun seseorang menarik tanganku.

"Makanlah di Aula."

Aku baru saja merencanakan jadwalku hari ini dan Liam merusak segalanya. Aku melepaskan genggaman tangannya secara paksa. Lalu berbalik badan tanpa pamit. Kakiku menghentak-hentak menuju kelas.

"Demi Salazar, Leaena!" Liam memanggil. "Ayahmu ingin aku menjagamu, kau tahu itu."

Aku langsung berhenti melangkah.

"Mari makan," kali ini suara Liam berada dekat di belakangku.

Aku memutar tubuh. Melihat wajah tenang Liam Avery. Ekspresinya sangat datar.

"Ayah hanya menyuruhmu untuk menjagaku, bukan mengaturku," kataku, telunjuk ku arahkan pada dada Liam. "Dan sudah ku bilang aku bisa menjaga diriku sendiri."

Liam menghembuskan napas berat. "Aku tahu perihal serangan panikmu, dan Tuan Black sangat mengkhawatirkanmu. Ia ingin kau makan dengan teratur lagi. Kau akan baik-baik saja di sana, oke?" ia menjelaskan dengan perlahan-lahan.

"Apakah selama ini kau menjadi mata-mata ayahku?" selidikku.

Liam mengangkat bahu. "Bisa dikatakan begitu. Dengar. Itu karena aku akan dijodohkan denganmu."

Aku mengerang kesal. Mataku menatap tajam pada Liam. "Apa ayah tahu aku sering berkeliaran malam hari?"

"Ya," jawab Liam enteng.

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang