───memory charm.
SIRIUS dan aku membicarakan banyak hal di lorong setelah pelajaran Ramuan. Kami bicara perihal Ayah. Perihal healer di St. Mungo's. Tentang kesehatan beliau akhir-akhir ini yang mengkhawatirkan, serta wejangannya yang selalu membuatku kepikiran.
"Ayah memintaku untuk terus menemanimu," kataku.
Sirius mengangguk-angguk sembari tertawa. "Aku keponakan kesayangannya, eh?"
Aku memutar bola mata dengan pernyataan Sirius. Ayah memberikan Sirius perhatian lebih karena ia tidak mendapatkan itu di rumahnya sendiri. Sepertinya itupun karena Ayah merasakan hal yang sama dulu.
"Ayah juga memintaku untuk melanjutkan bisnisnya," lanjutku.
"Bukankah memang seharusnya seperti itu?" tutur Sirius.
Aku tahu sejak aku masih sangat belia, semenjak Ibu tiada, bahwa aku akan melanjutkan bisnis Ayah. Dan aku tak berniat membantah soal ini. Namun dengan Ayah yang tiba-tiba saja mempertanyakan keinginanku membuatku cemas. Apalagi beliau mengatakan hal yang paling kutakuti.
"Ayah berkata bahwa waktunya tidak lama lagi," ucapku.
"Tidak," tanggap Sirius cepat. Ia merangkulku dan mengajakku berjalan menuju kelas selanjutnya. "Paman akan sembuh. Dia akan hidup lama seperti Dumbledore."
Aku terkekeh. "Tidak seperti Nicolas Flamel?"
"Aku tidak ingin membuatmu sedih, we're not French, love."
Kita tidak belajar alkemi.
"Mais on parle français.¹"
"Et latine.²" Sirius memutar bola mata. Ia pasti mengingat masa kecil kami yang diwajibkan untuk membaca buku Bahasa Latin. Sirius membenci itu.
"Siapa yang menggunakan Latin? Orang Vatikan? Bahkan mereka bicara dengan Bahasa Itali!" Jargon Sirius ketika ia muak dengan buku-buku Latin. Ia masih tujuh tahun saat itu.
Narcissa akan menjawab gerutuan Sirius dengan, "Mantera sihir kita dari Bahasa Latin."
Aku tersenyum mengingat masa itu.
Sirius melepaskan rangkukannya dan berhenti berjalan. Senyumanku jatuh, aku pun ikut terdiam. Heningnya membuat suasana tak nyaman. Sebenarnya aku sadar Sirius ingin mengatakan sesuatu sejak kami bertemu di Aula pagi ini.
"Katakan," titahku sudah penasaran dengan diamnya Sirius.
Sirius melirik. "Janji kau tidak akan marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James Potter
Fanfiction❝What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet.❞ -Juliet (Act II, scene II) Dan James Potter berani menulis takdirnya sendiri hanya untuk berakhir dengannya. ⌗ James Potter x OC Marauders era