TWENTY FOUR

1.4K 221 20
                                    




───thoughts of mischief.








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








SEPERTINYA aku tidak bisa menguasai Rune Kuno hanya dalam satu semester. Aku menyibukkan diriku mempelajari Rune Kuno daripada Aritmatika. Ini sudah berjalan sebulan dan masih tidak ada peningkatan yang signifikan.

Aku menjadi tak sabaran. Setiap ada waktu luang, aku mendekam di kamar atau perpustakaan atau di bawah pohon apel Hutan Terlarang. Ketika anak-anak lain pergi ke Hogsmeade untuk membeli manisan dan minuman, aku memutari desa itu untuk mencari toko buku yang menjual sesuatu yang berhubungan dengan Rune Kuno.

"Buku lagi?" tutur Zoya saat aku menemui teman-temanku di tengah desa Hogsmeade.

"Ini bukan novel seperti biasa," jawabku.

"Panduan Rune Kuno. Dan apa ini? Aku tak bisa membacanya." Anne mengintip tas belanjaku dan membaca judulnya keras.

"Aku juga tak bisa membacanya," tuturku.

"Namun kau membelinya? Apa ada gambar di dalamnya?" tanya Liam.

"Ada. Sepertinya tentang fenomena manusia dan penyihir." Aku tersenyum senang.

Hubungan manusia dan penyihir adalah buku yang selama ini kucari.

Sesampainya di asrama aku tidak keluar sama sekali. Anne sampai harus menyeretku untuk makan. Bahkan aku begadang semalaman untuk menafsirkan buku yang kubeli. Nyatanya itu berisi kumpulan omong kosong tentang perbedaan kesehatan antara penyihir dan manusia biasa. Bahkan aku menemukan serangan panik di dalam buku itu.

Aku menoleh pada jam yang menunjukkan pukul setengah dua malam. Aku lapar. Aku mencari di laci meja apakah aku menyimpan biskuit. Yang ada hanyalah kertas-kertas tidak terpakai yang langsung kubuang.

Aku memutuskan untuk keluar kamar tanpa menggunakan alas kaki. Semua orang sudah tertidur. Bloody Baron juga tidak ada di tempatnya. Aku berjalan santai nan awas menuju dapur. Asrama Hufflepuff tidak jauh dari sini.

"Ekhem..."

Sial. Sial. Sial.

Aku menoleh. Sudah siap akan kemungkinan terburuk. Ketika kulihat jubah siswa Gryffindor, aku bernapas lega. Tak pernah aku merasa selega ini melihat James Potter.

Seharusnya ia sudah tidur. Memangnya Head Boy berjaga sampai larut seperti ini? Dan apakah Head Boy Gryffindor berjaga di area Hufflepuff?

"Mengapa kau di sini?" tanyaku.

"Seharusnya aku yang bertanya. Namun aku sudah menduga. Kau ingin ke dapur," tutur James.

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang