───just in my head.
AKU menjalankan detensi dengan setengah hati. Bagaimana tidak? Filch ikut andil dalam detensi ini. Hukuman kami adalah pergi ke Hutan Terlarang mencari moonstone untuk Profesor Slughorn - beliau memang gemar memanfaatkan muridnya. Filch nampak bingung karena Sirius dan aku bahkan tidak takut sedikitpun. Bagaikan hutan itu bukanlah makananku sehari-hari.
Filch meninggalkanku dan Sirius berdua di dalam hutan. Ini sudah gelap. Aku seharusnya mengiyakan perkataan ayah untuk homeschooling. Hogwarts tidak peduli dengan keamanan para muridnya. Sirius dan aku mungkin mampu mengatasi berbagai masalah di dalam hutan ini, namun bagaimana dengan orang lain?
Kami berdua berakhir duduk di atas batu besar, sepakat untuk tidak mencari moonstone dan beralasan bahwa tak ada tanaman itu di sekitar tempat kami berpijak.
Aku mengamati sekeliling hutan yang begitu luas. Jika aku melangkah ke arah barat, apakah aku menemukan pohon apel tempat favoritku? Sirius di sisi lain sedang mengetuk-etuk ujung kakinya di tanah. Berulang kali pemuda itu menundukkan kepala lalu meregangkan tangannya. Ganjil jika Sirius tidak menikmati detensinya.
"Ada apa?" tanyaku sembari mengeratkan mantel karena angin bertiup kencang.
Sirius lantas menoleh. "Oh! Tidak ada."
"Kau meninggalkan cermin komunikasimu itu?"
Sirius menepuk-nepuk saku jaket kulitnya. "Aman."
Aku mengangguk-angguk. Sesekali kulihat gerak gerik Sirius. Ia menengadah ke langit berulang kali. Aku mengikuti arah kepalanya. Langit ditutupi daun-daun pohon menjulang. Apakah Sirius gugup karena gelap? Aneh sekali jika Sirius dapat merasakan takut, bahkan hanya pada kegelapan. Seingatku Sirius tak kenal takut, tapi manusia berubah.
Aku membisikkan lumos pada tongkat sihirku, baru sekejap ujung tongkatku berpendar, Sirius merebutnya.
"Leaena, jangan!"
"Hei!" sentakku.
Sirius langsung meletakkan telunjuknya pada bibir. Matanya melotot. Aku reflek menutup mulut dengan kedua tangan. Kami berbicara dengan bahasa entah batin entah mata, namun aku bersyukur Sirius memahamiku. Mulut Sirius berkomat-kamit mengatakan, "Bulan purnama."
Hampir saja aku mengumpat keras-keras pada para guru di Hogwarts karena membiarkan muridnya berkeliaran di Hutan Terlarang pada saat bulan purnama. Aku tidak yakin jika ada manusia serigala di Hogwarts, tetapi dengan buruknya sistem keamanan di sini, aku yakin para manusia serigala itu dapat masuk ke Hutan Terlarang.
"Ayo pergi dari sini," bisikku sambil menggenggam tangan Sirius.
Sirius menggeleng. "Kau pergi duluan, aku akan menyusul."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James Potter
Fanfiction❝What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet.❞ -Juliet (Act II, scene II) Dan James Potter berani menulis takdirnya sendiri hanya untuk berakhir dengannya. ⌗ James Potter x OC Marauders era