TWENTY THREE

1.3K 231 11
                                    







───what's right and what's wrong?











Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











REGULUS Black telah resmi menjadi anggota Pelahap Maut dan aku benar-benar tidak menyukai itu. Aku tahu Pelahap Maut berusaha membantu Dunia Sihir Inggris dan para darah murni mengambil kembali kejayaannya, namun dengan merekrut anggota yang masih belia seperti Regulus? Aku tidak setuju.

Bukan berarti aku tidak menyetujui ideologi mereka, aku tetaplah darah murni yang bangga. Namun Regulus masih terlalu muda. Ini sama dengan ketika Bellatrix memberikan pisau sebagai kado ulang tahun Regulus yang ke lima, ia masih terlalu muda untuk itu, namun Bellatrix mengatakan bahwa itu mainan. Regulus masih terlampau muda untuk mengotori tangannya dengan darah. Dan Pelahap Maut bukanlah mainan.

Meski aku tidak menyukai muggle dan semua sejarah keji yang mereka perbuat pada leluhurku, perutku langsusng melilit membayangkan mereka terbunuh.

"Kau mempertemukan Regulus dengan Pangeran Kegelapan?" tanyaku pada Bellatrix.

Aku memutuskan untuk datang langsung ke kediaman Lestrange setelah Regulus memamerkan tato barunya kepadaku. Aku sampai menunda persiapanku untuk ke Hogwarts. Jika bukan Bellatrix, siapa yang mengantarkan Regulus pada Voldemort untuk mendapatkan Dark Mark itu? Aku harus berbicara padanya untuk melindungi Regulus.

"Halo juga, dik. Dan tentu saja," balas Bellatrix setelah menutup pintu rumahnya. "Kau tak ingin duduk?" Bellatrix meletakkan satu tangan pada pinggang dan menunjuk sofa besarnya dengan jempol.

Aku masih berdiri dengan mantel tipis musim panasku. Tidak berniat untuk duduk karena aku tak akan lama di sini, nampaknya.

"Dia belum genap enam belas tahun, Bella." Aku menghiraukan basa-basi Bellatrix. Aku cemas dan takut.

Bellatrix mengangkat alisnya. "Bukankah kau seharusnya bangga? Regulus anggota termuda kami. Lagipula dia senang," jelas Bellatrix.

"Justru karena ia anggota termuda, aku mengkhawatirkannya," kataku.

Bellatrix melepaskan mantelku lalu meletakkannya di gantungan. Ia menggiringku untuk duduk di sofa. Sepertinya aku akan tinggal di sini sedikit lama.

"Kau tak perlu khawatir. Kami semua menyukai Regulus," kata Bellatrix sembari duduk di sebelahku.

Aku menggeleng pelan. "Aku tahu apa yang kalian lakukan. Kau pernah melenyapkan muggle 'kan?"

Bellatrix nampak sedikit terkejut aku megetahui itu. Pelahap Maut memang organisasi yang tertutup, namun rahasia umumnya juga tak sedikit.

"Benar," balas Bellatrix tanpa ragu, tanpa malu. "Kau tahu itu demi Dunia Sihir."

Aku mengangguk paham dengan tindakan Bellatrix meski sekarang aku tengah berusaha untuk tidak membayangkan aksi pembunuhannya dan menahan agar isi perutku tidak keluar.

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang