FOURTEEN

2.1K 400 194
                                    








━━━mad.









Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








JAMES POTTER pemuda yang gigih, namun untuk kali ini ia menyerah. Setelah hari terakhir detensi, ia tidak repot meminta maaf kembali. Karena itu pula rasa bersalahku semakin bersarang dan membuncah. Aku ingin berdiri di hadapan James dan berteriak tepat di depan wajahnya jika aku memaafkan pemuda itu dan memintanya untuk bersikap normal.

Gelagat pemuda itu menjadi aneh. Ia berubah diam. Melihat itu aku takut. Bahkan sahabatnya pun sama takutnya denganku.

Sirius menemuiku ketika aku selesai menjalani bimbingan Transfigurasi untuk kejuaraan sebentar lagi. Ia menguncir rambutnya ke belakang, menampakkan dahinya. Sirius sangat tampan rupanya walau berpakaian berantakan.

"Kau belum sarapan?" tanya Sirius. Suara sirat khawatir.

Aku menghela napas kesal. Aku tidak suka pertanyaan soal makanan akhir-akhir ni.

"Sudah," timpalku.

"Oh, benarkah? Apa sarapanmu?"

"Biskuit," jawabku, "dan teh."

"That's not a proper breakfast."

"Yes it is," bantahku.

Sirius menautkan alis. Ia tidak terkesan dengan jawabanku. "Lea aku mengkhawatirkanmu. Jika kau masih seperti ini akan kuadukan pada Paman Alphard."

"Dasar tukang mengadu," cibirku.

Pemuda di sebelahku ini menggaruk kepalanya frustasi, lalu memasukkan tangan pada kantung celana. Ia menoleh padaku.

"Kupikir kau sudah menyelesaikan semuanya dengan James," celetuk Sirius. Suara khawatirnya muncul kembali. Ia betulan takut dengan kondisi James.

Langkah kuhentikan. Sirius mengikuti. Aku memberikan lelaki itu tatapan penuh arti. Masalahku dan James tidak ada yang pernah selesai. Kami menutup kasus tanpa menyelesaikannya. Kali ini pertengkaranku dan dirinya adalah yang paling besar.

Sirius mengamatiku sejenak lalu mengangguk-anggukkan kepala. "Melihat sifatmu, kurasa memang belum selesai masalah itu." Sirius melanjutkan jalannya.

Aku memutar bola mata dan menyusul di samping sepupuku. "I'm not sorry."

"Of course," tutur Sirius tidak terkejut. "Setidaknya kau bisa memaafkannya. Dia seperti orang kesurupan saat ini. Terakhir ia seperti ini saat Evans menyakiti hatinya."

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang