FIFTEEN

2.3K 396 117
                                    









━━━night talk.












Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












SETELAH berminggu-minggu bahkan hampir sebulan lebih disibukkan dengan persiapan turnamen Transfigurasi, akhirnya aku akan berangkat ke Ilvermorny. Rencananya kami menaiki Hogwarts Express. Mungkin kereta itu akan terbang atau ber-apparate, aku belum pernah tahu apa yang kereta itu dapat lakukan selain mengantarku ke Hogwarts.

"Demi Salazar, Lea, makan malam lah bersama kami," tutur adik sepupuku Anne.

Aku masih belum makan di Aula Besar. Tubuhku semakin kurus. Tetapi aku tetap cantik. Tidak tampak kuyu sekalipun saat aku melihat bayanganku di cermin.

Kurasa semua orang sudah menyerah untuk membujukku. Jika Anne sudah turun tangan seperti ini, biasanya aku akan luluh.

"Iya," balasku tanpa menghadap Anne.

"Kau selalu iya-iya saja," gerutu adik sepupuku itu.

"Apa kau ingin cokelat?" tawarku untuk mengalihkan perhatian.

Anne menarik pergelangan tanganku pelan untuk menarik perhatianku. "Sebelum kau ke Amerika, makan malam lah bersama kami," pintanya lembut. Mengingatkanku pada tindak-tanduk Ibu.

Keluarga Nott termasuk memiliki gen yang kuat pula walau tak sekuat Black. Rambut cokelat Anne mengingatkanku pada Ibu, begitupula tatapannya, apalagi intonasinya tadi. Aku hampir mengiyakan.

"Aku hanya pergi ke Amerika untuk sehari saja, jangan berlebihan," kataku. Segera kupalingkan wajah darinya. "Dan aku harus belajar."

"Kau sudah pintar."

"Anne... aku akan makan jika ingin," finalku tak dapat diganggu gugat.

Anne menghela napas capai. Gadis itu mengangguk pasrah. Ketika keluar kamar, kulihat ia menggeleng kecil. Kutebak ia tengah berinteraksi dengan Zoya yang ada di luar sana.

Tak ingin berbohong pada Anne, aku membuka buku Transfigurasi serta kertas-kertas berisi soal. Aku larut dalam tulisan sampai tak sadar jika Zoya sudah kembali dari Aula. Begitupula teman sekamarku yang lain.

Aku berdiri. Zoya dan yang lain tahu aku akan pergi ke dapur, maka mereka tidak bertanya. Kali ini aku tak ingin merepotkan Liam. Meski lelaki itu sangat bersemangat bahkan terlampau bersemangat ketika mengantarku makan di dapur, aku tetap sungkan. Ia — dan Alex — telah mengurus makanku sebulan lebih ini.

Aku berjalan mengendap ke luar asrama. Kurapatkan mantelku dan berjalan cepat ke tangga, ketika sampai di persimpangan seseorang menarikku. Teriakanku padam dalam bekapan tangannya.

Punggungku menempel pada dada seseorang yang kuasumsikan pemuda. Ia bernapas teratur namun jantungnya berdegup kencang seperti sedang diburu dementor. Dan kami ditutupi oleh kain tembus pandang. Bukan. Ini adalah jubah tak kasat mata milik Potter.

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang