TWENTY ONE

1.5K 251 8
                                    








───rainy quiddtich.












Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












KEMARIN, Slytherin tak jadi berlatih quidditch karena awan mendung menggulung. Sebetulnya Emma Vanity sempat memerintahkan kami untuk tetap berlatih, namun aku tak suka dengan kilat yang mulai muncul dari awan di atas. Pada akhirnya kami berdebat sejenak.

"Kau tak boleh mengorbankan kesehatan seluruh anggotamu hanya demi latihan," tuturku.

Berakhir Emma mendengus kesal. Dengan hentakan keras, ia kembali ke ruang ganti.

Jika Emma membenciku, biarkan saja, toh dia sudah tidak menyukaiku dari awal. Lagipula dia siapa? Hanya seorang Vanity. Ku dengar ayahnya bekerja di kementrian dan ibunya pemain quidditch. Jika aku mengatakan pada Paman Orion untuk mengubah nasib keluarga Vanity, jelas itu akan berubah semudah membalikkan tangan. Sayangnya aku masih punya belas kasih.

"Ku dengar kau membuat Vanity marah?" tutur Zoya.

Aku kembali makan di Aula. Hal ini membuat James Potter selalu menyapaku sejenak sebelum menuju mejanya lalu menggoda Lily Evans. Dasar buaya.

"Kau sudah dengar semuanya pasti," tuturku.

"Aku belum mendengar dari sudut pandangmu, aku harus bertindak netral."

Dia tidak akan bertindak netral. Tak ada yang pernah netral, dan aku tak pernah mendapat dukungan dari teman-temanku bahkan Liam Avery. Semuanya menggunakan topeng, memunggungiku. Aku tak tahu apa yang akan Zoya katakan di belakangku.

"Apapun yang kau dengar itu benar," tuturku. Biarkan ia senang dengan apa yang ia tahu.

· · ────── 𐂂 ────── · ·

Emma selalu membatalkan latihan setiap mendung melanda, namun ia akan menggandakan jam berlatih. Entah darimana ia mendapatkan izin. Itu membuat badanku sedikit tidak fit. Padahal hari ini adalah quidditch melawan Hufflepuff. Jika kami kalah, Gryffindor akan memenangkan kejuaraan ini.

"Hufflepuff lawan yang mudah," tutur kawan setimku.

"I don't think so, mate," balas Archie sembari membetulkan sepatunya.

Aku terkekeh. Hufflepuff memang lawan yang paling mudah dari semua asrama. Kerja tim mereka mungkin mengerikan, tapi mereka semua adalah penyihir naif yang suka membaca dongeng dengan akhir kisah yang bahagia. Mudah bagi kami untuk melakukan kecurangan di seluruh lapangan nanti karena Hufflepuff, seperti para protagonis di dongeng, akan berada di jalan kebenaran, berharap bahwa kebenaran itu akan membawa kebahagian. Padahal untuk mencapai kebahagiaan bukankah harus berusaha dengan cara apapun?

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang