───it's happening again.
SURAT balasan dari ayah sampai di hari ini. Beliau meminta maaf perihal Liam, beliau tak ingin pertengkaranku dan Liam berlangsung lama, alasannya karena kami akan berjodoh. Ayah juga mengatakan akan berkunjung ke Hogwarts di akhir pekan untuk mengantarku ke St. Mungo's. Kabar itu membuatku gugup. Selama ini serangan panikku tidak muncul. Belum muncul, tepatnya.
Aku keluar dari toilet perempuan di salah satu lantai. Ku betulkan tas selempangku sebelum berjalan menuju kelas selanjutnya. Petir tiba-tiba mengkilat diikuti suara guntur. Aku tak sengaja menjatuhkan buku di tangan, lantas kupungut buku itu dengan erangan kesal. Petir tadi mengejutkan.
Aku menoleh pada halaman yang mulai dijatuhi rintik-rintik air. Sepertinya tidak akan ada latihan quidditch hari ini. Hujan sore ini akan awet jika dilihat dari awan hitam menggumpal di atas langit. Aku mengeratkan pegangan tanganku pada buku, degup jantungku sedikit demi sedikit semakin cepat dan aku tak tahu mengapa.
"Nona Black!"
James keluar dari salah satu kelas. Kami jarang sekelas, namun James Potter selalu mempunyai cara untuk menemukanku. Aku sedang tak ingin bertemu siapapun saat ini.
"Tuan Potter, kembali ke sini!" Itu teriakkan Profesor McGonagall dari dalam kelas.
Apa yang akan Potter ini lakukan? Kelas Transfigurasinya belum selesai dan ia menemuiku. Perasaanku buruk. Bisa ku rasakan jantungku berdentum-dentum di telinga, begitu nyaring.
James mengulurkan buku dan permen di hadapanku. Aku ingin mengambilnya. Kulihat tanganku mulai bergetar, dan guntur kembali menggelegar. Aku reflek berjongkok karena merasa kakiku tak bisa menopang tubuhku. Aku mencoba menghirup udara. Bahkan dari mulutku. Tubuhku bergetar hebat. Tanganku basah saat kututup mulutku karena isakkanku begitu keras, entah basah karena keringat dingin atau air mataku.
Pandanganku bertemu dengan James Potter yang ikut berjongkok di hadapanku.
"Black? Hei, ada apa?" tanya James.
Aku menggeleng. Tidak tahu juga mengapa aku menggeleng.
"Kau sesak napas? Kau sakit? Apa kau punya obat di tasmu?"
Aku menggeleng setiap James bertanya hal-hal seperti itu. Kepalaku pening dengan semua ocehan James Potter.
Tangan James terulur padaku ketika tremor menjalar tubuhku. Pundakku dapat merasakan tangannya dan refleks aku menepisnya kasar. "Jangan sentuh!"
"Kau ingin apa? Sirius? Godric, Sirius! Akan ku panggilkan Sirius, ya? Oke? Tunggu sebentar, aku akan cepat," ucap James terburu-buru membuatku bertambah panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James Potter
Fanfic❝What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet.❞ -Juliet (Act II, scene II) Dan James Potter berani menulis takdirnya sendiri hanya untuk berakhir dengannya. ⌗ James Potter x OC Marauders era