TWO

3K 495 51
                                    

━━━sirius' run away.

━━━sirius' run away

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









SIRIUS kabur dari rumah.

Aku tidak terkejut. Itu sesuatu yang akan Sirius lakukan. Aku menyeruput tehku kembali sembari mendengar suara lelah Ayah saat membaca surat dari kakaknya, Bibi Walburga.

"Apa yang ada di pikiran Sirius?" Ayah bergumam pada dirinya. Ia meletakkan surat itu di meja lalu menyender pada sofa.

Aku menyeringai sembari meminum teh. Sirius baru saja berulang tahun yang keenam belas dan ia memilih untuk kabur dari rumah. Bahkan ia belum dilegalkan memakai sihir di luar Hogwarts, ia akan kemana? Dasar banyak gaya.

Sekarang aku mengkhawatirkan Regulus. Bagaimana keadaannya? Menjadi contoh baik bagi Sirius saja sudah beban untuknya apalagi saat Sirius tak ada seperti ini. Orang tuanya pasti mendorong Regulus jauh lebih keras lagi. Membuatnya untuk membawa nama keluarga ini.

"Ingin tambah teh lagi, Mistress?" Dulcis menawariku dengan tangan bergetar. Bukan takut atau malu ia memang seperti ini.

Aku menggeleng dengan senyum kecil. "No. Leave it there, please." Aku menunjuk meja pendek yang ada di depanku. Dulcis menaati perintahku dan meletakkan teko di meja. "Thank you," gumamku padanya.

Aku menatap ke luar jendela besar yang berada di ruang baca. Rumput terbentang luas dan beberapa pohon tumbuh diantaranya . Dari sini aku bisa melihat rumah-rumah yang terlihat kecil karena jarak. Dunia sihir luasnya bukan main. Kemana Sirius pergi? Sudahlah. Toh, dia kaya raya. Dia punya tempat bernaung.

· · ────── 𐂂 ────── · ·

Aku duduk di ruang tengah kediaman Paman Orion sekeluarga. Ayah sedang berbincang dengan Bibi. Paman Orion sepertinya masih bekerja. Regulus tak tampak batang hidungnya sedari tadi.

Aku mengayunkan kaki secara tidak sadar karena bosan. Akhirnya aku memutuskan untuk mengitari rumah.

Menggelikan. Dulu aku suka sekali kemari apalagi jika acara keluarga terutama Natal. Aku sering bermain petak umpet dan berlari-larian di koridor yang tengah kulewati saat ini. Alangkah indah hari-hariku dahulu, semua keluargaku lengkap, aku masih belum paham dengan apa itu darah murni dan apa itu darah lumpur, alih-alih Pangeran Kegelapan. Aku hanya ingin bermain dan berangan untuk tumbuh dewasa.

Aku berhenti di depan kamar Sirius. Pintunya tak dikunci dan tanpa mengetuk aku masuk. Empunya sudah pergi, untuk apa terlalu sopan?

Mataku mencari-cari benda itu. Setelah aku mengetahui alat komunikasinya, ia tak henti-hentinya pamer kepadaku tentang kelebihan benda bernama two-way mirror itu. Mendengar cerita pongahnya aku ingin memecahkan cermin ajaib itu di jidat Sirius jika bisa.

𝐎, 𝐑𝐎𝐌𝐄𝐎! | James PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang