pagi-pagi sekali Chenle dan Jisung sudah berduaan diatas motor. tampak romantis sekali dengan Chenle yang memeluk longgar badan Jisung. tapi wajahnya saat ini tampak sayu. sejak tadi malam Chenle demam dan pagi ini meminta Jisung mengantarnya ke klinik.
cukup menggangu karena ini masih terlalu pagi. laki-laki tinggi yang menjadi kekasihnya itu masih kelihatan mengantuk dengan wajah tak sedap di pandang."lo kok bisa sakit sih, honey?" tanya Jisung.
Chenle memukul sayang bahu Jisung.
"gila lo ya? gue kan manusia.""ya tau, yakali gue pacaran sama siluman. tapi kalo cantik kayak lo boleh juga."
Kali ini dapat pukulan yang lebih kuat, membuat Jisung sekejap kehilangan kendali pada motornya.
"udah ah, nyetir aja yang bener."Jisung duduk santai di kursi tunggu yang disediakan klinik, menunggu Chenle selesai di periksa. ada seorang anak kecil laki-laki yang duduk berjarak dua kursi darinya, ingin mengajak ngobrol takutnya malah nangis berakhir di teriakin penculik. dih, mit-amit deh.
Klek!
pintu terbuka, menampakkan Chenle dengan wajah pucatnya. dengan sigap Jisung bangkit dan menuntun Chenle keluar menuju parkiran."pulang duluan, dek. makasih dah nemenin gue."
"iya Bang, sama-sama!" Jisung juga yang membalas ucapannya sendiri.
Jisung dengan segala ketidakjelasannya memang bisa membuat orang lain geleng kepala."lo ditemenin adek itu?" tanya Chenle, penasaran.
Jisung menggeleng sambil ketawa keras saat sudah sampai di parkiran. memakaikan Chenle helm lalu membantu Chenle naik ke motornya.
"diem aja gitu anaknya, mau ngobrol kayak mana?" lanjut Jisung."jadi kok lo bilang makasih?"
Jisung menyalakan motornya, lalu melaju meninggalkan halaman parkir klinik.
"nyindir doang. biar sadar harus lebih ramah sama orang.""kalo anak laki-laki tadi bukan orang? mau ramah kayak mana?"
"hah? maksud lo bukan orang apa?"
"ya gak logika aja anak kecil gitu gak lasak. minimal gerakin kakinya lah. ini gue lihat dari gue masuk sampe keluar posisinya sama terus."
"iya juga. eh, tapi bisa jadi Ayahnya tentara. jadi dia di didik untuk gak lasak sejak dini."
"padahal si Dini aja lasak banget."
"itu mah Dini anak tetangga gue!" mereka tertawa bersama di atas motor. membahas hal kecil yang lucu mampu menciptakan tawa di bibir pucat Chenlenya.
"lasak banget emang anaknya ya, Ji." Chenle masih ingin membahas tentang si Dini ternyata. rumahnya tepat disamping rumah Jisung, anak perempuan yang lasaknya mengalahkan anak laki-laki.
"he'em, lo pernah di apain sama dia?"
"bukan gue, tapi Jaehyuk. jajannya Jaehyuk di minta."
"semua?"
"satu doang."
"dikasih?"
Chenle mengangguk,
"gaboleh pelit, Ji.""hm. gue pernah manjat pohon mangga Bunda yang didepan rumah. terus dia dateng nawarin bantuan." kali ini Jisung lah yang bercerita pengalamannya di jahilin Dini.
"nawarin bantuan apa?"
"dia yang nangkepin mangganya buat dikumpulin, biar gue gak berat banget kalo turun katanya. gue udah tau bakal gak bener jadi yang gue turunin tiga mangga doang. Bener gak beres, pas gue turun dianya kabur."
tawa Chenle pecah mendengar cerita Jisung barusan,
"ya ampun, Ji. gila, lasak banget anaknya!"Jisung tersenyum lembut menatap wajah Chenle dari kaca spion motornya. masih pucat, tapi sudah ada binar mata yang lebih hidup disana tidak sesayu saat pergi tadi.
"ngerasa lebih baik, honey?" tanya Jisung.
Chenle berhenti tertawa, berganti dengan senyum cerah dan anggukan semangat sebagai jawabannya. obatnya ternyata bukan dari resep dokter, melainkan dari kebahagiaan yang dia miliki sekarang. Jisung menyembuhkannya lebih cepat bahkan sebelum dia meminum obatnya.
...
motor Jisung sudah baru aja berhenti di rumah Chenle.
"mau sarapan disini, Ji?" tawar Chenle.
"lo bisa masak?"
Chenle menatap datar,
"gue demam.""yaudah, gue sarapan dirumah aja." tolak Jisung.
"hati-hati dijalan. makasih dan maaf ngerepotin!" lambai Chenle.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance Of Chenji
FanfictionBaca aja. Yang homophobic ya gausah:) ......... Start: 25 March 2021 End. : ⏩