22

651 83 0
                                    

"ngapain sih nangis segala?" ucap Chenle, berusaha menenangkan adiknya dalam pelukan.

"Kakak kok mau aja sih dikawinin Bang Ji?!" jerit Daehwi, masih dengan lelehan air mata. kepalanya mendongak menatap Chenle yang memeluknya.

"ya mau lah! kan enak. ya gak, honey?" bukan Chenle, tetapi Jisung yang menyahut.

Chenle memutar mata malas, agak menyesal mengikuti kerandoman Jisung. tapi melihat Daehwi manja begini gemes juga pengen unyel-unyel pipi adeknya.

"kok percaya sih, Hwi?" Chenle berusaha menenangkan.

"tadi Hwi mau gak percaya, tapi Kakak sendiri malah buat Hwi percaya!" tangisnya makin kencang, membuat beberapa pelanggan di Kafenya menoleh penuh tanda tanya.

"becanda, gumush." Chenle menguyel-uyel pipi adeknya, benar-benar menggemaskan dengan wajah merah penuh air mata. kurang ajar banget si Chenle, adeknya nangis malah bahagia sama muka gemesnya.

"beneran?!" tanya Daehwi, berharap bahwa ini memang candaan Jisung meskipun gak lucu sama sekali. dia kelewat sayang sama Kakaknya.

Chenle mengangguk, lalu mencium pipi Daehwi lagi.
"Bang Ji becanda doang, Hwi."

"gak lucu!" kesal Daehwi, menatap sinis Jisung yang santai meminum kopinya.

"gak ngelawak." balas Jisung, langsung mendapat tatapan tajam dari submisifnya.

...

Chenle sudah bersiap untuk lari sore bareng Kak Jeka. keluar dari gerbang rumahnya menuju rumah tetangganya yang berada tepat di sebelah.

"Kak Jek! jadi lari, gak?" teriak Chenle.

seorang perempuan cantik namun berpenampilan tomboy keluar lewat pintu rumah, pernah lewat jendela tapi langsung dilempar panci sama Neneknya. gak nyoba lagi lewat jendela, takut bukan panci yang melayang malah diganti TV.

"jadi, ntar gue ngambil sepatu dulu!" Kak Jeka kembali masuk ke dalam, lalu keluar menenteng sepatu sport.

"pemanasan dulu, Kak?" tanya Chenle, dibalas anggukan. Chenle mengikuti gerakan pemanasan Kak Jeka didepannya dan mulai lari keliling komplek.

lelah berlari tiga putaran, mereka masuk ke minimarket. membeli air mineral dan beberapa makanan ringan lalu duduk di kursi depan minimarket.

"Jisung kan cinta mati sama lu, Le. ngapain segala repot mikirin berat badan?" Kak Jeka menenggak air mineralnya dengan pandangan ke jalan raya.

Chenle menoleh, meminum airnya sebelum menjawab,
"siapa sih yang gak mau punya pasangan sempurna, Kak?"

Kak Jeka mengangguk setuju. paham pada pertanyaan Chenle. sejauh ini dia hidup dan menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki selalu menuntut hal yang sama, dirinya harus cantik jelita.

"Jisung emang gak pernah minta gue jadi sempurna, tapi apa salahnya ngasih orang yang kita cintai hal yang sempurna, kan?" ucap Chenle.

"he'em, sekiranya kita udah berusaha." Kak Jeka, menambahkan.

"Kak Jeka masih sama Bang Teha, kan?" Chenle bertanya tentang hubungan tetangganya ini dengan pacarnya, sebab sudah beberapa kali Kak Jeka gagal dalam menjalin hubungan percintaan. si Chenle kayak gak pernah gagal aja, ye.
Bang Teha sendiri adalah pacar Kak Jeka dari 6 bulan yang lalu. punya harta, tahta, dan Kak Jeka.

Kak Jeka balas anggukan, ada senyum tipis namun manis terbit di bibirnya.
"Teha baek, Le. dia nerima gue apa adanya, gak pernah nuntut hal-hal yang bukan gue banget." jelas Jeka.

"bagus, deh. ikut seneng dengernya."

"makasih, manis." Jeka mencubit gemas pipi chubby Chenle yang selalu dihiasi rona merah alami.

mereka pulang kerumah masing-masing setelah sudah cukup beristirahat. namun, Chenle terkejut saat Jisung duduk di teras rumahnya dengan wajah babak belurnya. disana juga ada Jinyoung yang kelihatan sekarat, matanya bengkak dan mungkin mengalami patah tulang di kaki kirinya. Daehwi sudah menangis segugukan disebelah Jinyoung. Chenle diikuti Kak Jeka berlari menuju teras rumah.

"Ji! What's happened?!" teriak Chenle dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.


The Romance Of ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang