"jangan becanda, gak lucu."
"tapi beneran, gue ragu sekarang." ekspresi wajah Chenle bikin Jisung makin gak karuan.
"ragu ke diri sendiri siap gak bahagiain lo kayak lo bahagiain gue." tambah Chenle, wajahnya menggoda. benar-benar bikin Jisung hampir mati ketusuk jarum tadi. sekarang mah Jisung bisa nafas lega."tugas lo cuma tetep ada disamping gue, selebihnya lakuin semampu lo aja. gue gak akan nuntut apa-apa, kecuali soal kepuasan batin." awal nadanya serius, akhirannya bikin Chenle mau tendang Jisung ke Zimbabwe aja lah.
"hm, gue gak setuju."
"dibagian mana? kepuasan batin? yaudah, janji deh gue minta pas ki-"
"otak lo ke sana mulu! gue gak setuju bagian lo gak nuntut apa-apa ke gue. harus ada yang lo minta setiap harinya, biar gue bisa evaluasi diri."
"yaudah, tuntutan gue ya kepuasan batin aja lah. itu juga udah capek menuhinnya." Jisung ngedipin sebelah matanya, berniat menggoda tapi Chenle sama sekali gak ngerespon apa-apa selain tatapan malasnya.
"Oh iya, Ji. gue kan bilang mau minta sesuatu pas kita touring." Chenle mengalihkan pembicaraan.
"hm. mau minta apaan?"
"gue makan gratis di toko roti lo." jawab Chenle, antusias. ada banyak roti di toko rotinya Jisung. semua rasanya selalu berhasil buat orang-orang nagih memakannya termasuk Chenle-kekasih pemilik toko roti. tapi Jisung ini termasuk golongan manusia pelit kepada siapapun. kalo dia bilangnya jualan, ya kita harus beli gak boleh minta gratisan.
"gaboleh." tuhkan, Jisung emang pelit.
"pelit, lo!"
"gue jualan, enak aja minta gratisan." Jisung masih sibuk makan roti bakarnya sejak tadi.
"yaudah, gue mau balik kerja aja. masih banyak cookies and cake yang harus dipanggang. bye!" Chenle kembali ke dapur, Jisung kembali lanjut sarapan roti bakar buatan kekasih hati. endulll woyyyy!
...
hari sudah sore, Kakak adik itu memutuskan untuk pulang. meninggalkan Kafe dengan pelayan yang lain. Chenle malas menunggu sampai Kafe tutup, apa gunanya orang-orang yang sudah digajinya jika tidak untuk membantu mengelola Kafe miliknya.
jadi sekarang Chenle dan Daehwi jalan berdampingan dengan Chenle yang naik motor dan Daehwi yang naik sepeda."pelan, Kak! kaki Wi udah pegel nih!" keluh Daehwi masih mengayuh sepedanya.
"ayo semangat! lagian yang nyuruh lo naek sepeda siapa?!" balas Chenle, ketawa aja dia denger Daehwi ngeluh dari tadi.
"gadak uang buat naek angkutan! terpaksa naek sepeda!"
"hah?! uang yang gue tinggalin di meja makan gak liat lo?!"
"masuk tabungan!"
"semuanya?!"
"hm, udah ah diem. malu diliatin orang teriak-teriak dijalanan!" Daehwi ngayuh sepedanya lebih kencang, ninggalin Chenle yang dengan mudah nyusul dia didepan.
akhirnya sampai juga dirumah. dapat dilihat Daehwi lah yang paling lega. dengan sisa tenaga dia duduk lesehan di teras rumah setelah menyandarkan sepedanya di tembok garasi.
"huh .... leganya." sambil gegoleran di lantai teras.
"mandi terus makan." perintah Chenle sambil berlalu masuk kedalam.
"hm." bangkit dari rebahan dan menyusul masuk kedalam.
"makan apa, Wi?" tanya Chenle yang sudah bersiap masak untuk makan malam.
"indomie aja."
"tapi gaboleh pake nasi. inget, double carbo!"
"gajadi lah, sosis aja di asam manis."
"okeh!"
Daehwi berlalu masuk kekamarnya, Chenle mulai memasak. cekatan tangannya soal masak-memasak membuatnya tak butuh waktu yang lama. dalam waktu singkat semua sudah tersaji di meja makan.
"belom selesai, Wi?" tanya Chenle didepan pintu kamar Daehwi yang tertutup.
"udah, Kakak kalo mau mandi sana." sahut Daehwi dari dalam.
"hm." Chenle jalan ke kamarnya, tapi terhenti melihat orang duduk di kursi makan.
"keliatan enak, nih. gue makan disini, ya?" ucap orang itu, membuat Chenle dongkol setengah mati.
Selamat Malam Minggu!!!
Semoga ini bisa nemenin kamu malam ini, ya....
Yang suram jadi berwarna, yang berwarna jadi lebih berwarna!
Yang sakit lekas sembuh, yang sehat tetap baik-baik aja.
Makasih yang udah baca, vote dan komen!🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance Of Chenji
FanficBaca aja. Yang homophobic ya gausah:) ......... Start: 25 March 2021 End. : ⏩