#28 Wacana Kencan

379 68 15
                                    

Nara tidak seburuk itu.

Setidaknya, Aletha tidak perlu buru-buru pulang sebab tingkah Nara yang membuatnya tidak nyaman. Ya.. walaupun cukup canggung, tapi Aletha masih bisa tahan.

Nara tidak macam-macam. Perempuan itu bertingkah selayaknya tingkah orang pada sosok yang tidak terlalu dikenalnya. Aletha jadi tahu jika Nara bukan lah orang yang mudah memulai pembicaraan atau sekadar berbasa-basi.

Syukur lah. Aletha jadi tidak perlu menahan jengkel karena sikap sok akrab yang ia terima.

"Makasih ya Aletha, udah mau nemenin aku hari ini," ujar Nara setengah kikuk.

Aletha yang melirik gadis yang berjalan beriringan dengannya itu sekilas lalu berdehem singkat sebagai jawaban.

"Aku sama sekali gak kepikiran kalo Jaemin bakal nyuruh kamu nemenin aku setelah aku nolak tawaran dia." Gadis Kim itu kembali berujar, kali ini sedikit bergumam.

Langkah kaki Aletha melambat. Sesaat kaki jenjangnya berhenti melangkah, ia kembali menoleh, menatap lawan bicaranya dengan kening sedikit berkerut.

"Maksudnya?"

Nara diam sebentar. Ia mendadak jadi kikuk melihat respon Aletha yang terlalu tiba-tiba.

"Itu.. dia tau kalo aku mau cari sepatu buat kado ulang tahun kakakku, jadi dia bilang bakal nemenin aku buat cari sepatu yang cocok. Cuma aku tolak tawaran dia, soalnya.. aku kan udah janji sama kamu buat gak bakal minta bantuan Jaemin lagi."

Setelah mendengar pemaparan itu, Aletha menampik pandangannya ke sembarang arah lalu mendecih.

Awalnya ia pikir Nara lah yang tidak bisa dipercaya omongannya karena baru saja menjilat ludahnya sendiri. Ia pikir, setelah berjanji padanya, Nara diam-diam tetap meminta bantuan Jaemin.

Namun, rupanya... Jaemin, laki-laki bermulut manis itu yang masih terjerat dan tergila-gila pada Nara.

Setelah Nara menolak niatannya, ia meminta Aletha untuk menemani Nara dengan alasan mau move on.

Hah, move on apanya Na Jaemin?

Lagi-lagi Aletha merasa dipermainkan. Jaemin yang masih tidak bisa melepas Nara untuk pergi sendirian kini menumbalkan Aletha untuk membantu mengusir kekhawatirannya.

"Nara?"

Meski bukan ia sang pemilik nama, Aletha refleks ikut menoleh ke sumber suara. Panggilan itu berasal dari sesosok pria berbadan tegap, bersurai hitam legam, dan menampakan air muka yang sulit dibaca. Laki-laki itu berjalan menghampiri dengan langkah terburu-buru.

"J-jeno?? K-kamu.. disini??"

Benar, tidak salah tebakannya. Ia benar Jeno. Lee Jeno si berengsek. Aletha tidak pernah melihat bedebah itu dalam jarak sedekat ini sebelumnya.

"Ra, aku perlu jelasin semuanya ke kamu. Soal di rumah sakit kemarin--"

"Gak sekarang ya, Jeno. Kita bisa omongin itu lain kali," potong Nara.

Aletha mendengus menahan jengkel. Nara berusaha untuk tampak tegar dan kuat dihadapan laki-laki itu tapi kakinya gemetaran.

"Gak, Ra. Aku harus lurusin semuanya sekarang. Kita bicara berdua ya, sebentar, lima belas menit aja."

Nara diam.

Dan itu membuat Aletha semakin geram. Memandangi Nara yang mendadak mematung dengan pupil matanya yang terus bergetar, menatap lurus pada sepasang manik mata milik laki-laki di hadapannya, membuatnya semakin yakin jika Nara itu kelewat bodoh.

[On Hold] Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang