#04 Berubah Pikiran

528 80 27
                                    

"Jaemin tunggu dulu!"

Bukannya berhenti, laki-laki yang dipanggil namanya itu justru melangkahkan kakinya lebih cepat dan terburu-buru. Jaemin bukan menghindar, tapi kabur.

Sejak awal, Jaemin tidak tertarik pada Aletha. Tidak sedikitpun terbesit dibenaknya untuk menanggapi gadis itu, atau menggodanya layaknya ia menggoda gadis-gadis lain. Entah mengapa, tapi aura yang menguar dari Aletha membuat Jaemin enggan berurusan dengan perempuan aneh itu.

"Lo gak denger beneran atau pura-pura gak denger sih?!" Tanya Aletha.

"Gak usah ngikutin gue!" Seru Jaemin, tanpa menoleh ke lawan bicaranya sedikitpun.

"Gue cuma mau-"

"Gue gak mau!" Potong Jaemin cepat. "Pulang sana ke habitat lo!" Sambungnya lagi.

Aletha jengah. Ia memilih untuk menghentikan langkahnya lalu berkacak pinggang. Ia menatap punggung Jaemin dengan rasa penuh tak percaya. Sedetik setelahnya, gadis itu menghembuskan napas pendek juga mengontrol emosinya.

"I just wanna say thank you!" Seru Aletha.

Mendengar kalimat yang tidak ia duga, refleks Jaemin menghentikan langkahnya. Jaemin tidak bergerak ke manapun selama sejenak, hanya mengerutkan dahi sebab bingung.

Jaemin membatin. Makasih? Buat apa?

Aletha kembali mengambil langkah, mengikis jaraknya dengan Jaemin hingga tubuhnya tinggal berjarak kurang dari satu meter di belakang laki-laki itu. Seolah mendengar kata hati Jaemin, Aletha kembali melanjutkan kalimatnya

"Makasih buat nomor delivery-nya. Lo tau aja kalo gue lagi pengin makan Big Mac kemarin," ujar Aletha dengan seulas fake smile dan beberapa penekanan pada kalimatnya-bermaksud menyindir dengan sangat halus.

Jaemin berbalik kemudian berkata dengan datar, "lo salah sangka, maksud gue gak git-"

"Jadi gue mau membalas kebaikan lo yang kemarin," potong Aletha dengan menyelipkan penekanan pada salah satu kata. "Gue traktir makan siang, gimana?" Sambungnya lagi dengan senyum yang masih setia mengembang.

"Gue ga-"

"Gak bisa? Lo udah ada janji siang ini, ya? Ya udah, gimana kalo besok? Atau, nanti malam?" Tanya Aletha -berusaha- tampak bersemangat.

"Gue-"

"Lo suka makanan apa? Biar gue cari tempat makan yang bagus," sela Aletha, lagi-lagi memotong kalimat Jaemin. "Atau mau lo yang pilih rest-"

"BISA DIEM DULU NGGAK?!!" Gertak Jaemin kesal. "Dari tadi gua mau ngomong, lu potong-potong mulu, bangsat!!" Sungutnya emosi.

Aletha tersentak, ia memilih untuk sedikit menundukan kepalanya. Ia memandangi wajah Jaemin yang memerah karena marah itu dengan takut-takut setelah memerjapkan kedua kelopak matanya beberapa kali.

"Gue pikir lo cukup pinter buat ngerti maksud gue kemarin, tapi ternyata lo bego," ujar Jaemin meremehkan.

Aletha terbelangak. Perkataan Jaemin barusan berhasil membuatnya tersinggung. Ia ingin menggertak dan memarahi Jaemin, namun niatnya urung karena laki-laki itu terus menatapnya dengan tatapan setajam elang, juga terus berjalan maju.

"Karena lo bego, jadi harus gue jelasin beberapa hal," ujar Jaemin dengan gaya angkuh. "Pertama, lo minta nomor gue kemarin, tapi malah gue kasih nomor telfon delivery fast food. Kenapa? Karena gue gak tertarik sama lo."

Isi kepala Aletha yang mendadak blank, membuatnya hanya bisa berjalan mundur secara perlahan. Ia tidak tahu harus berbuat seperti apa. Tapi sepertinya Jaemin tak memberi kesempatan bagi Aletha untuk menghindar. Dengan cepat, Jaemin menahan pergelangan tangan gadis itu dengan satu tangannya agar tak berjalan menjauh.

[On Hold] Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang