Aletha turun dari kendaran beroda dua yang ia tumpangi. Setelah melepas helm dan menyodorkannya kepada pria yang mengenakan jaket hijau, ia mengulurkan tangan, memberi beberapa lembar uang.
"Kembalinya ambil aja, Pak," ujar Aletha.
"O-oh? Makasih ya, Mbak," ujar pengemudi ojek online itu ramah.
Aletha tersenyum tipis, "iya."
Setelahnya, pria tersebut langsung melajukan motornya kembali. Setelah kendaraan dan Sang pengendara menghilang dari pandangan Aletha, raut wajah gadis itu langsung berubah. Rasa kesal masih tersisa dalam dirinya. Mendapat perlakuan buruk dari Jaemin beberapa puluh menit yang lalu masih membuatnya emosi. Mood-nya masih berantakan.
Ditambah lagi Felix tak mau mengantarnya pulang dengan dalih harus menjemput kekasihnya. Chenle juga sama, tidak mau memberinya tumpangan sebab ada acara makan malam dengan kolega-kolega perusahaan ayahnya-padahal sekarang masih siang. Jisung sama saja, ia menolak Aletha sebab ingin main ke rumah Haechan untuk mabar game online.
Apalagi ia harus pulang naik ojek online saat keadaan mentari sedang terik-teriknya seperti ini. Kepala gadis itu terasa bak mengepul karena kepanasan juga merasa emosi.
Aletha langsung membuka pagar rumahnya lalu berjalan gontai menyusuri halaman rumah. Di tengah suasana hatinya yang buruk, Aletha tanpa sengaja melihat sebuah mobil yang begitu ia kenal, terparkir begitu saja setelah tidak ada di rumah selama beberapa hari.
Menyadari kalau ayahnya sudah pulang dari luar kota, Aletha langsung buru-buru masuk ke dalam rumah. Kaki jenjangnya menyusuri lantai rumah. Matanya mengedar ke sekeliling, menelisik dan mencari keberadaan seseorang.
"Aletha, kamu ud-"
Refleks, gadis itu langsung menoleh. "Tante, Papi mana?" Ujarnya, memotong kalimat wanita tersebut.
"Tadi sih ke atas, di ruang kerja kayaknya."
Aletha mengangguk samar kemudian beranjak tanpa peduli pada atensi wanita yang sebelumnya hendak berbicara padanya. Gadis itu langsung bergegas menyusuri tiap anak tangga dengan langkah terburu-buru.
Aletha berjalan cepat menuju sebuah ruangan yang letaknya tepat di seberang kamarnya. Tanpa aba-aba ataupun sekadar mengetuk pintu, ia langsung membuka pintu lalu berjalan masuk, tanpa peduli pada pria yang duduk di kursi kerjanya itu tengah menatapnya sedikit terkejut.
"Papiiii...." rengek gadis itu.
"Lain kali ketuk pintu dulu. Bikin kaget aja," ujar pria itu sembari mengusap dada. Aletha cemberut. "Kenapa?" Sambungnya singkat.
"Pi, beliin laptop baru," ujarnya seraya berjalan mendekati pria itu.
"Kan Papi udah sempet bilang, kalo emang kepepet banget buat tugas, pake laptop Papi dulu."
"Ah, gak mau! Laptop Papi butut banget! Aku maunya yang baru, kayak punyaku sebelumnya!" ujarnya kukuh.
"Kamu ini, banyak banget maunya sih."
Aletha mendengus sebal. "Kalo Noel aja, minta apa-apa pasti langsung dibeliin! Dia gak minta aja selalu dikasih! Kalo aku?! Udah ngerengek-rengek gini, masih aja gak dibeliin juga! Padahal kan ini buat tugas kuliah! Kalo nanti aku ulang semester karena gak ngumpulin tugas gimana?!" Ujarnya kesal.
Pria itu menghela napas panjang. Putri sulungnya itu membuat berhasil membuatnya sakit kepala karena terus merengek seperti anak kecil. Baru saja pulang dari perjalanan bisnis di luar kota, mendapat suguhan seperti ini dari Aletha membuatnya agak jengah.
"Ya udah, iya, lusa Papi beliin yang baru," ujar pria itu pada akhirnya, tak mau semakin pusing.
"Kok lusa sih?! Sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Hold] Sweet Revenge
Fanfiction"Demi Macbook? Lo jadiin gue bahan taruhan demi Macbook?!" Wajar kan kalo Jaemin marah? ©Scarletarius, 2020