adakah yang kangen?
.
.
.
Kalau berharap Aletha menjadi sosok pemberontak seperti biasanya dan tetap bersikukuh untuk pergi, kalian salah. Itu tidak terjadi kali ini. Perempuan itu dengan begitu mudahnya dibuat luluh hanya karena kalimat,
"Gue sayang sama lo, jadi jangan tinggalin gue."
Serangkaian kata itu mampu membuat Aletha termangu hingga tubuhnya freeze selama beberapa saat--cukup lama. Entah itu jujur atau hanya bullshit agar dirinya tidak pergi, namun kalimat Jaemin itu membuat Aletha semakin berat untuk melangkah.
Yang dilakukannya saat ini hanya duduk sembari melamun dengan isi kepala yang terus berkecamuk hingga membuatnya terasa seperti siap meledak kapan saja. Ada banyak ketakutan yang menerkam, terutama soal fakta jika Guanlin pasti akan datang menghampirinya dengan berbagai macam ancaman di kala mengetahui jika Aletha melanggar titahannya.
Gadis itu menggeram frustasi sembari mengacak-acak surainya. Hal itu membuat Jaemin yang semula tengah berdiri di sudut ruangan, sibuk dengan sebuah panggilan suara yang ia terima, refleks memutar arah pandangnya lalu menatap Aletha dengan sorot cemas selama beberapa saat.
Aletha yang menyadari hal itu hanya membalas tatapan Jaemin dengan sinis selama sedetik kemudian kembali membuang arah pandangnya lalu bergumam pelan sendirian.
"Pesawatnya pasti udah take off. Kalo Guanlin sampe tau gue gak berangkat, pasti... huaaa, belom pengen mati!" Gumamnya sembari meringis.
Memandangi Aletha yang kalut sembari terus bergumam sendiri, Jaemin jadi tak bisa fokus pada kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh sang lawan bicara dari balik sambungan telepon. Yang ia lakukan hanya menanggapi dengan kata 'iya' pada tiap kalimat yang diucap oleh Bunda--sang pembuat panggilan suara--agar dialog diantara mereka segera berakhir.
Sampai pada akhirnya sambungan dialog jarak jauh mereka terputus. Mendapati itu, Jaemin langsung mengambil langkah, menghampiri Aletha yang masih bergulat dengan segala kekalutannya.
"Al."
Jaemin memanggil dengan kata singkat di kala sudah berdiri di hadapan gadis pemilik nama. Namun tak ada sahutan. Aletha masih sibuk bermonolog samar.
"Aletha," panggil Jaemin lagi.
"Hm." Aletha menyahut tanpa minat, masih menunduk dan fokus pada isi pikirannya sendiri.
"Gue disuruh pulang."
"Bagus. Ya udah sana," sahut Aletha acuh tak acuh.
"Lo juga disuruh ikut."
Aletha termangu sejenak. Selang beberapa detik, baru lah ia mendongakkan kepala, menatap sang lawan bicara dengan air muka bingung.
"Maksudnya?"
"Nginep dulu di rumah gue malem ini," jawab Jaemin seadanya.
Aletha sontak menggeleng cepat, "enggak, gue ga--"
"Masalahnya, kalo nyokap gue udah mengeluarkan maklumat dan gak dilaksanain, bisa panas kuping gue denger dia nyerocos semaleman," potong laki-laki itu cepat.
Jangan percaya.
Karena pada kenyataannya, Jaemin lah yang meminta pada sang ibu agar mengizinkan Aletha menginap sebab ia tak tega meninggalkan Aletha sendirian di unit apartemennya dalam keadaan seperti ini. Belum lagi... bisa saja Aletha kembali nekat untuk pergi. Jaemin tidak mau itu terjadi. Sejujurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Hold] Sweet Revenge
Fanfiction"Demi Macbook? Lo jadiin gue bahan taruhan demi Macbook?!" Wajar kan kalo Jaemin marah? ©Scarletarius, 2020