Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
Di pagi hari, Aletha dan Lami baru saja keluar dari kamar dan mendapati keadaan rumah begitu sunyi. Bunda Lami beserta putra sulungnya pergi ke pasar. Sedangkan sang ayah kebetulan sedang dinas sejak dua hari lalu.
Sepasang gadis itu —yang memutuskan untuk tetap terjaga semalaman pada akhirnya— kini duduk bersebelahan dengan semangkuk sereal ditiap pasang tangan mereka. Keduanya bercakap-cakap ringan sembari menyantap sarapan sederhana di pagi yang cukup cerah.
"Cita-cita awalnya tuh pengen banget jadi dokter spesialis bedah, tapi tiba-tiba pindah haluan pas SMA dengan ngambil jurusan IPS. Pas masuk kuliah makin random. Dia ambil jurusan teknik informatika tapi kalo ditanya kenapa, jawabnya biar bisa jadi hacker. Emang aneh-aneh aja dia kelakuannya," ucap Lami panjang lebar di sela-sela mengunyah.
Bertolak belakang dengan Lami yang berujar dengan nada meremehkan sang kakak, Aletha justru berhasil dibuat semakin penasaran dan menganggap serius kalimat gadis yang baru lulus SMA tersebut.
"Terus, sekarang Jaemin jadi hacker beneran?"
"Boro-boro. Kak Jaemin tuh gak ngerti apa-apa soal komputer kecuali main game online. Ngerjain laprak sama tugas-tugas kuliah aja pake joki. Dia tuh kuliah cuma numpang absen sama tebar pesona sana-sini doang. Lami gak yakin dia bakal lulus tepat waktu."
Hmmm, benar juga sih.
"Lagipula, emang ada matkul tentang sadap-menyadap datadi kuliah?" Timpal Lami lagi. "Kak Jaemin itu sama sekali gak bisa diandelin. Hidupnya terlalu asal-asalan dan semaunya."
Ada segelintir perasaan kecewa. Pasalnya Aletha sempat berharap jika Jaemin bisa membantunya dengan kemampuan yang ia punya. Tapi ternyata, Na Jaemin tidak memiliki kemampuan apapun selain mampu membuat anak perawan salting dan jatuh hati padanya.
Tok! Tok!
Suara ketukan pada pintu masuk utama kediaman keluarga Na mengema ke seluruh penjuru ruangan. Refleks, Aletha dan Lami menoleh ke arah sumber suara secara berbarengan.
Tok! Tok! Tok!
"Iya, sebentar!"
Lami berseru sembari meletakkan mangkuk serealnya di atas meja. Dengan tergesa, ia beranjak menuju pintu utama.
Sempat dilema selama beberapa saat, antara diam dan menunggu atau mengekori Lami untuk bertemu dengan tamu. Dan, pada akhirnya Aletha ikut bangkit.