#34 Mulai Ikut Campur

273 42 7
                                    

Meski langkah kakinya terasa sangat berat, Jaemin pada akhirnya menginjakan kakinya pada lantai basemant, berdiri tepat di depan mobilnya yang terparkir. Awalnya ia abai pada perasaan aneh yang menjalar di dalam diri, namun sekarang itu terasa semakin nyata.

Perasaan khawatir.

Jaemin mencemaskan Aletha setengah mati.

Entah mengapa, tetapi sejak pagi firasat buruknya terus-menerus datang menghantui sampai-sampai lelaki Na itu tak bisa tenang sama sekali.

Gak bakal kenapa-napa kan kalo gue tinggal dia sendiri sebentar?

Bruk!

Belum genap dua detik sejak batin Jaemin mempertanyakan tentang keadaan Aletha. Berkat laki-laki ber-hoodie hitam dengan mengenakan topi warna senada yang baru saja menubruknya tanpa sengaja, jawabannya berhasil ia peroleh begitu cepat.

Tak sepatah kata pun terucap dari mulut laki-laki misterius itu. Bahkan untuk sekadar kata maaf. Ia justru pergi terburu-buru, menghampiri sebuah Pajero yang terparkir tak cukup jauh—sepasang bola mata Jaemin masih bisa menangkap tampak sosok itu.

Jaemin hanya terpaku pada bercak darah di tangan laki-laki itu. Sampai pada akhirnya kendaraan beroda empat itu melaju. Namun, ia sempat melihat tampang sang pengemudi sekelibat.

Itu Guanlin.

Tak mungkin salah.

Jika ada darah di tangan Guanlin, itu artinya Aletha terluka. Bodohnya ia meninggalkan gadis itu sendirian.

Dengan pupil mata yang melebar, tanpa pikir panjang, Jaemin berlari sekuat tenaga, semampu yang ia bisa. Lift yang hanya memakan waktu beberapa detik untuk menuju lantai di mana unit milik Aletha berada, kini saat Jaemin naiki kembali terasa sangat lambat. Ia terlampau cemas.

Hal pertama yang ia dapati setelah sampai pada tujuannya adalah keadaan unit Aletha yang pintunya terbuka sangat lebar. Tanpa menyia-nyiakan waktu barang sedetik, Jaemin langsung menerobos masuk tanpa permisi.

"Al?!" Seru Jaemin keras, memanggil sang pemilik kediaman. "Aletha, lo gak ap—!"

"Apa-apa."

Jaemin yang berteriak mendadak diam kala suara sang pemilik nama terdengar menyahut dengan datar.  Ia yang semula memutar arah pandangnya ke sekeliling langsung menghentikan langkah kakinya lalu menunduk, menoleh ke sumber suara.

Aletha duduk di lantai dengan kepala bersandar pada dinding, lengkap dengan luka basah berdarah di pelipis —akibat benturan dinding yang Guanlin berikan— juga sebelah daun telinganya yang lecet —akibat peluru dari pistol yang Guanlin lepas, sengaja hanya mengenai ujung telinga sehingga hanya menyisakan luka yang tak terlalu dalam meski mengeluarkan darah.

"Lo— kenapa bisa gini?!" Tanya Jaemin kalang kabut. "Coba aja tadi lo gak ngotot nyuruh gue pulang, pasti gak bakal—"

"Jaem," sela Aletha cepat. "Lo dateng buat nolongin gue kan?"

"Iya."

"Ya udah, gak usah berisik! Ini gimana luka gue?! Sakit banget!!" Rengek gadis itu sembari mencak-mencak.

Jaemin menghela napas. Memang ya, berhadapan dengan Aletha harus siap mental. Harus punya stok kesabaran ekstra.

.

.

.

"Ke rumah sakit aja, ya?"

"Gak mau, ah!"

"Tapi ntar kalo—"

Aletha mendecak, "bawel banget sih dari tadi!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[On Hold] Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang