#13 Apartemen

472 76 28
                                    

salahkan oknum Na Jaemin yang super kiyoot ini soalnya gara-gara foto ini aku malah ngetik wattpad dan pengen cepet-cepet update, bukannya belajar padahal lagi PAS😤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

salahkan oknum Na Jaemin yang super kiyoot ini soalnya gara-gara foto ini aku malah ngetik wattpad dan pengen cepet-cepet update, bukannya belajar padahal lagi PAS😤


jangan lupa vomments!






























Tak seperti hari sebelumnya, pagi ini tak ada lagi suasana canggung antara Aletha dengan ayah sambungnya. Justru mereka tengah duduk bersebelahan di dalam sebuah mobil mewah yang bergerak dengan kecepatan standar, membelah jalan raya yang padat oleh bermacam jenis kendaraan, menuju kampus Aletha diiringi dengan obrolan-obrolan santai juga canda gurau.

Gadis itu baru tahu jika Sang Papa ternyata adalah sosok yang hangat, easy going, dan gemar bergurau—tak seperti Papi yang kaku dan sedikit kolot.

"Jauh juga, ya kampus kamu."

"Ya, lumayan sih."

"Biasanya kamu berangkat ke kampus naik apa? Bawa mobil sendiri?" Pria itu berujar lagi sembari melirik lawan bicaranya sekilas.

"Boro-boro bawa mobil sendiri, SIM aja aku enggak punya, Pa," jawab Aletha seadanya.

"Bikin dong."

"Buat apa? Papi gak bakal beliin mobil buat aku."

"Nanti Papa yang beliin," balasnya enteng.

Kedua netra Aletha membola, "yang bener?!"

"Iya. Ulang tahun kamu bulan depan kan? Nanti Papa kasih sebagai hadiah ulang tahun."

Dan satu hal lagi perbedaan paling mencolok antara pria itu dengan ayah kandungnya. Ia super royal sedangkan Papi super pelit dan perhitungan.

"Atau mau unit apartemen aja? Kebetulan teman Papa ada yang mau jual unitnya, lumayan dekat sama kampus kamu jadi kamu gak perlu berangkat jauh-jauh," sambung pria itu lagi.

"Sebentar, aku pikir-pikir dulu," jawab Aletha cepat.

Aletha bukan hanya sekadar basa-basi kala mengatakan itu, ia benar-benar berpikir keras. Karena dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit, ia harus mempertimbangkan banyak hal. Terutama soal faktor skala prioritas, hal apa yang lebih ia butuhkan saat ini. Karena kalau hanya mempertimbangkan keinginan saja, Aletha mau dua-duanya.

Namun, sebelum ia digugat sebagai anak tiri matre oleh ayah sambungnya itu, ia hanya akan memilih satu—pencitraan, demi membangun image baik untuk sementata waktu.

"Kayaknya mending apartemen aja deh, Pa. Soalnya kalo mobil, keburu capek di jalan kalo dipake buat ngampus, belum lagi uang bensinnya. Iya kan?"

Lagi pula harga apartemen sudah pasti lebih mahal ketimbang sebuah mobil. Kalau apartemen saja bisa dibelikan tanpa banyak pertimbangan, jika suatu saat Aletha meminta mobil, pasti tak akan jadi masalah kan?

[On Hold] Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang