"Eh, tahu nggak sih? Nisa anaknya Renata, ternyata udah punya anak."
"Ah masa sih, Nisa 'kan belum nikah."
"Itu dia, dia hamil di luar nikah!"
"Ya ampun, hamil sama siapa?"
"Hamil sama si Rian. Terus pas udah ketahuan, minta cepat-cepat dinikahi."
"Rian yang dokter itu, tapi ah nggak mungkin, dia laki-laki baik-baik."
"Memang si Rian laki-laki baik, tapi Nisa bukan perempuan baik-baik, mungkin udah dipengaruhi kali sama dia. Dan lebih parahnya lagi, Nisa ngaku-ngaku kalau anak itu keponakannya, padahal dia nggak punya saudara lagi selain si Fafa itu."
"Banyak bangat ya bohongnya, padahal kita udah respek selama ini sama mereka."
Gosip-gosip itu kini kian memanas, kesalah-pahaman mulai merajalela. Kabar Nisa pun tidak hanya terdengar di lingkungannya sendiri, tetapi juga di lingkungan pekerjaannya.
"Kamu benaran udah nikah Sa?" tanya Gio saat ini yang tengah duduk di depan Nisa, kali ini Nisa terlihat sangat lesuh, ia memikirkan keadaan putrinya.
"Aku belum nikah, tapi aku punya anak," jawab Nisa spontan.
"Aa? Gimana maksudnya?" kaget Gio.
"Ceritanya panjang." Nisa lekas beralih pergi meninggalkan Gio yang terpatung menganga.
Boss kedua yaitu Dimas juga mempertanyakan keadaan Nisa sekarang, karyawan ayahnya itu tidak bersemangat seperti biasanya. Kabar yang ia dengar dari para karyawan lain membuat Dimas memaklumi, tetapi ini bisa menganggu aktivitas kerja Nisa di perusahaan.
Masa bodoh jika semua orang tahu mengenai Nisa maupun kehidupannya, mereka sama sekali tidak tahu apa saja yang dilaluinya selama ini. Kata Dilan, berat.
"Nisa, kalau kamu ngerasa nggak sehat, kamu bisa ambil cuti dulu sementara waktu, saya lihat juga kamu cuma duduk-duduk aja di sini," tegur Dimas, ia sedikit marah tetapi juga kasihan.
"Oh, maaf Pak. Saya akan kembali bekerja." Nisa dengan cepat berdiri saat Dimas menghampirinya secara tiba-tiba.
"Yakin?"
"Hm, iya Pak."
Drrt drrt.
Telpon milik Nisa bergetar, nama Fafa terpampang jelas di layar ponselnya.
"Akira ...."
"Apaaa," kaget Nisa, Dimas mengerutkan kening.
"Pak, saya ijin pulang sekarang Pak. Saya bakal balik kalau urusan saya sudah selesai Pak," pintanya, Dimas menyetujui.
Nisa meninggalkan kantor dengan sangat terburu-buru, tidak peduli dengan tanggapan karyawan padanya.
"Tuh 'kan, sudah Ibu bilang kalau Doni nggak bisa merawat Akira dengan baik!" bentak Ibu Renata, cucunya itu kini tengah berada di rumah sakit, ia mengalami demam sejak dua hari tinggal di rumah Doni.