"Rian, plis jangan hindari gua kayak gini. Kasih gua kesempatan buat memperbaiki semuanya."
"Kesempatan apa? Nisa itu cinta gua Dim, gua berusaha keras dari masa kuliah sampai sekarang buat dapatin dia. Gua udah tunangan sama dia, dan lu, lu udah hancurin semuanya!"
"Gua tahu lu kecewa, marah sama gua. Kalau lu emang cinta bangat sama Nisa, ya udah, nikah aja. Gua nggak akan halangin kebahagiaan lu, lu berhak miliki dia."
"TAPI ANAK DI KANDUNGANNYA NISA ITU, ANAK LU!" jelas Rian.
"Gua benar-benar minta maaf soal itu."
"Ahhh!" bentak Rian frustasi.
"Mama Andriani tahu?"
"Nggak, masih di Singapura."
"Oh astaga." Dimas teringat sesuatu. "Gua lupa sama Alea. Alea gimana keadaannya sekarang, Ran? Gua baru tahu kalau Alea masuk rumah sakit. Waktu itu Gio nelpon, tapi gua udah terlanjur di Malang, jadi nggak bisa ikut."
"Transplantasinya udah selesai."
"Terus kapan pulangnya?"
"Belum ada kabar."
"Ran, maafin gua. Gua gak ada maksud buruk sama lu."
"Semuanya udah terlanjur."
"Nggak, ini masih bisa diperbaiki. Gua akan urus semuanya, dan lu tetap nikah sama Nisa."
"Anak lu gimana?"
"Nggak papa, anak yang dikandung Nisa anak lu juga. Lu berhak dapatin mereka."
"Thanks, Bro."
Pelukan saling memaafkan dan menerima, lekas mereka lakukan.
"O ya, Papa Abram gimana kabarnya?"
"Ah, nggak usah pakai nama. Ingat ya, kita satu bokap, panggilnya papa, aja."
"Gua nanya kabar!"
"Iya, Papa baik. Lagi ada urusan di Sidney."
"Kapan pulang?"
"Belum ada kabar juga. Kenapa, kangen?"
"Nggak."
"Nggak usah gengsi!"
Mereka melepas tawa, hubungan kembali menghangat.
***
"Gimana keputusan Rian?" tanya ibu Renata, ia melihat wajah sang anak begitu lesuh.
"Rian marah, Bu. Rian nggak terima. Dan parahnya, Rian sama boss Nisa itu saudara, Bu."
"Apa? Saudara gimana, Rian nggak ada saudara lagi selain Alea," ucap sang ibu kaget.
"Itu dia, Nisa juga baru tahu, Bu. Dimas udah jelasin semuanya. Boss besar Nisa, Pak Abram, dia saudaranya papanya Rian, om Andi. Om Andi itu sebenarnya papa tirinya Rian, Bu. Papa kandungnya Rian itu Pak Abram, satu papa sama Dimas. Tapi mereka beda ibu, dan hubungan om Andi sama Pak Abram, udah nggak terjalin lagi."