Part 13 - Terulang Kembali

126 3 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Nisa masih terlelap dalam tidurnya. Tidak sadar, hari semakin gelap. Sore mulai berganti menjadi malam, namun rasa kantuk dan lelah justru semakin menyerangnya.

Nisa terbangun dan langsung panik karena tak menemukan sang boss berada di apartemen kamarnya, mencarinya di kamar mandi pun, sang boss tidak ada di sana. Ia mencoba menghubungi ponselnya, tetapi percuma, ponsel boss-nya tergeletak di meja.

Rasa takut mulai bersarang di tubuhnya, ia tak biasa ditinggal sendirian malam-malam seperti ini setelah kejadian lalu yang menimpanya.

"Pak?" Nisa terus memanggil boss-nya, namun tak ada jawaban.

Ia ke luar mencari Dimas, bertanya pada resepsionis, tapi mereka juga tidak mengetahui keberadaan boss-nya.

Nisa kini tengah berada di luar apartemen, ia justru merasa khawatir. Sepulang dari kantor, boss-nya terlihat lesuh tak seperti biasanya, belum lagi karena sang boss pergi tak membawa ponselnya, ini membuat Nisa terus-menerus memikirkan keadaannya.

Terlihat dua orang pria dengan tampang agak bule. Wajah yang dipenuhi brewok, dan berpakaian acak-acakan seperti tak terurus, perlahan kedua pria itu melangkah menghampiri Nisa.

"Rezeki nih," bisik salah satu pria itu dengan pelan.

"Mau ngapain?" Nisa mengangkat jari telunjuknya di hadapan mereka.

"Buat gua malam ini."

"Nggak bisa, dia punya gua."

"Gantian aja kalau gitu, tapi gua duluan."

"Enak aja, nggak bisa."

Sibuk beradu mulut, Nisa sedari tadi sudah berlari pergi meninggalkan lokasi. Entah akan pergi ke mana ia malam-malam begini, ia pun tak begitu hafal dengan jalanan kota Malang, bahkan kenalan satupun tak punya.

Nisa malah pergi dari apartemen. Mengapa tidak kembali ke kamar dan mengunci pintu? Rasa takut memang membutakan segalanya.

"Woi, mau ke mana kamu." Kedua pria itupun ikut berlari mengejar Nisa.

"Berhenti," teriak salah satu dari mereka, ia melihat Nisa mulai lengah. Kecepatan larinya sudah tak kuat lagi, tapi Nisa tetap berlari sekuat tenaga yang masih dia punya, untuk bisa lolos dari pria berandalan itu.

"Kena kau, haa."

"LEPASIN!"

"Rezeki emang nggak ke mana, Bro."

"Langsung bawa aja."

"Nggak mau, LEPAS!"

Mereka membawa Nisa dengan terpaksa dari lokasi.

"Toloooong."

"Jangan berisik!"

"Mmmbbpp." Salah satu pria itu membekap mulut Nisa, kini ia tak bisa bersuara lagi.

"Mmbbb mmmbp." Nisa terus memberontak, air matanya sudah mengalir sejak tadi.

Dibawanya Nisa ke suatu tempat, di mana tempat itu belum pernah Nisa datangi seumur hidupnya. Banyak pengunjung berlalu lalang dengan pakaian tak pantasnya, meneguk botol wine tanpa henti. Terpampang jelas, poster Mini Bar menggema di area masuk.

The Past (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang