Part 4 - Pertemuan Singkat

263 34 5
                                    

Tanpa sengaja, Nisa melirik alarm yang berada tepat di sampingnya. Waktu telah menunjukkan pukul 09.45. Ini artinya, ia sudah sangat terlambat.

"Ya ampuuun." Menyadari bahwa dirinya terlambat, dengan cepatnya ia melompat dari kasurnya menuju kamar mandi.

Nisa melihat putri kecilnya itu masih lelap dalam kehangatan mimpinya. Tak tega membangunkannya, Nisa pun segera bersiap menuju kantor. Semua dokumen dan kertas putih hasil tulisan tangannya ia rangkum ke dalam tasnya. Tak ada waktu lagi untuk merapikan semuanya.

"Nisa, kenapa buru-buru sekali?" tanya sang ibu yang melihat Nisa menuruni anak tangga dengan sangat tergesah-gesah.

"Nisa telat ke kantor Bu, Ibu kenapa nggak bangunin," omel Nisa.

"Ya mana Ibu tahu, kirain lagi libur. Ibu juga nggak nyiapin bekal kamu hari ini."

"Nisa makan di luar aja. Akira masih tidur di atas Bu, Nisa titip dulu ya, Bu. Assalamualaikum," ucapnya sembari menyalami tangan sang Ibu dan mencium punggung tangannya.

"Bi, Nisa pamit," sahut Nisa sembari berlari keluar rumah.

"Hati-hati," balas sang abi dari jauh.

***

Nisa berlari kecil saat tiba di kantor, baru kali ini ia tidak menyapa orang-orang yang dilewatinya, ia sudah sangat terlambat. Belum lagi kemacetan ibukota yang membuatnya harus mengantri di jalanan, ini memaksanya harus berani mengambil tindakan dengan menyelip bagian samping mobil dan meloloskan diri dari kemacetan.

Nisa tengah berada di kubikel lift, lorong menuju ruangan sang boss lumayan sepi, ini menandakan bahwa semua pekerja sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Tok tok tok.

Nisa mengetuk pintu ruangan boss-nya.

"Maaf Pak, saya terlambat," ucap Nisa meminta maaf dan berterus-terang alasan keterlambatannya pada boss-nya.

"Lain kali jangan ulangi lagi, ini peringatan pertama!" cemooh sang boss.

"Baik, Pak."

Terlihat beberapa dari karyawan HRD berada di ruangan sang boss, rupanya mereka menunggu Nisa sejak tadi.

"Baik, saya minta presentasi kamu sekarang juga."

"Baik Pak."

Nisa mulai berdiri dan tampil di depan layar, namun ini membuatnya sedikit menahan malu. Pasalnya konsep promosi yang ia buat belum disalin ke dalam komputer, ia menggunakan tulisan tangan yang masih melekat di kertas putih.

"Kenapa Nisa?" tanya sang boss.

"Maaf Pak, saya tidak bisa menjelaskannya di layar, konsepnya belum saya rangkum di laptop, Pak."

"Jadi harus bagaimana?" Pak Abram mengangkat kedua tangannya.

"Saya akan mempresentasikannya melalui tulisan yang sudah saya susun ini Pak, saya akan menjelaskannya sedetail mungkin."

"Ya sudah, mulai," ucap Pak Abram mempersilakan.

"Jadi untuk pertemuan kali ini, kita akan terjun langsung ke lapangan terkait dengan produk baru oleh perusahaan ini, kita membutuhkan sebuah rekapan dari beberapa konsumen mengenai produk yang akan kita luncurkan bulan depan, istilahnya kita mengadakan promo sekaligus memperkenalkan produk-produk keluaran terbaru," ucap Nisa, ia berdiri di hadapan para staf yang hadir di acara meeting tersebut.

The Past (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang