Part 40 Pasangan Baru

261 8 0
                                    

Suasana pagi di kediaman Dimas dan Nisa nampak hangat dan bahagia. Menghabiskan waktu pagi untuk bermain bersama.

"Dim, kamu nggak ke kantor?" tanya Nisa pada Dimas yang tengah asik mengajari Akira berenang bersamanya.

"Aku ini baru aja nikah, Sa. Apa kata karyawan nanti? Papa juga larang aku ke kantor," teriaknya dari tengah kolam renang.

"Ya udah. Udah cukup berenangnya, sekarang sarapan dulu, udah hampir masuk jam sembilan!"

"Emang iya kamu masak?" tanya Dimas tak percaya.

"Helo! Perempuan gini nggak bisa masak? Nggak usah ledek aku lah! Sekarang makan sebelum kesiangan!"

Meja makan pasangan baru terlihat ramai oleh deretan masakan khas Nisa.

"Ini aku masak apa yang aku bisa. Jangan minta apa yang nggak ada di meja!"

"Suami itu harus menghargai masakan istrinya. Aku nggak akan mencela apapun yang kamu masak," ujarnya.

"Nggak usah sok religius, ya. Lagian mau kamu nggak makan masakan aku juga nggak masalah! Jangan mentang-mentang kita nikahnya dipaksa, terus kamu pun ikut kepaksa makan masakan aku!"

"Ini aku serius lho!"

"Ya udah makan, nggak usah banyak ngomong!"

"Assalamualaikum!!" Suara teriakan nan lantang itu menggema di sudut rumah, membuat Dimas dan Nisa saling menatap.

"Hey, ada Mama!" sahut Dimas menyambut kedatangan sang mama.

"Ibu!! Kenapa nggak bilang dulu kalau mau ke sini, Bu," sapa Nisa pada ibunya.

"Kita ini udah janjian, mau kasih kalian surprise! Ini 'kan hari pertama kalian menikah. Gimana, bahagia 'kan?" Mama Vania seperti tidak tahu saja bagaimana awal pernikahan mereka.

"Oh bahagia dong, Mah! Bahagia bangat!" ucap Dimas sembari merangkul pundak Nisa.

"Syukurlah kalau gitu, Ibu juga turut bahagia sama pernikahan kalian," tambah Ibu Renata.

"Oh ya jelas lah, Bu!" campur Nisa.

"Oh iya, Mah, Bu. Makan dulu," ajak Dimas kemudian.

"Ini makan siang? Tapi belum masuk jam sebelas," ucap Mama Vania.

"Ini sarapan pagi, Mah. Tadi Nisa baru masak," ujarnya.

"Lho, masak buat sarapan kok setelat ini, Nisa? Udah jam berapa lho!" tegur Ibu Renata.

"Eh, biasalah. 'kan masih baru, iya 'kan?" jawab Mama Vania.

Dimas dan Nisa seakan terjebak pada situasi kali ini. Kedatangan orang tua dan mertua di pagi ini membuat mereka tidak bisa mengekspresikan diri dengan bebas.

"Oh iya, Mama sama Renata hari ini ada acara arisan di rumah teman Mama. Jadi, Mama nggak bisa lama-lama di sini. Kalian saling menjaga satu sama lain, ya!" pesannya.

"Oh jadi ini cuma mampir," ucap Nisa sembari menyengir kuda.

"Iya, lagian rumah teman Mama belum lewat dari sini, jadi sekalian mampir," ucapnya kemudian meninggalkan meja makan.

"Oh ya, Dimas antar sampai ke depan ya, Mah!"

"Eh, nggak usah. Lanjutkan aja sarapannya," tolaknya.

"Ibu permisi dulu ya, Nak. Baik-baik ya, kalian ini!"

"Siap lah, Bu!"

Nisa dan Dimas saling menengok ke arah ruang masuk. Memastikan kedua wanita-wanita itu sudah benar-benar pergi.

The Past (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang