"Selamat siang pemirsa, kembali lagi dengan Kumparan Media yang akan membawakan berita ter-update hari ini. Gedung perkantoran milik pengusaha terkenal, yaitu Abram Mahesa, diduga mengalami kebakaran. Peristiwa itu dipicu oleh adanya korsleting atau arus pendek yang mengakibatkan ledakan hebat. Sebanyak enam unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menanggulangi kejadian tersebut. Terdapat banyak korban yang meninggal dalam kejadian kebakaran, sebagian besar karena menghirup asap dan gas yang sangat pekat. Petugas pun kewalahan melakukan pemadaman," ucap seorang reporter pria berkacamata dengan pakaian hitamnya, berlogokan huruf 'KM' pada bagian dada sebelah kiri.
Asik menonton berita, Nisa dikejutkan oleh laporan media yang baru saja dilihatnya. Tak ingin mendiami situasi ini, ia langsung meninggalkan apartemen. Khawatir, panik, dan rasa takut seketika berkecamuk dalam dirinya. Pikirannya sudah melebar kemana-mana.
Di samping kehidupan yang juga tengah berjalan, area gedung dipadati oleh sekumpulan orang-orang yang beramai-ramai merespon situasi tersebut. Kepadatan itu menyebabkan macet di arah jalan yang melintasi gedung perkantoran. Terlihat beberapa reporter di setiap sudut area, sedang menjalankan tugasnya. Sebagian karyawan yang berada di lantai paling atas, berhasil keluar lewat jalur darurat. Dikabarkan, kebakaran itu berpusat di lantai empat, hingga kemudian menjalar ke ruangan lain. Para pekerja berlari berhamburan melewati api yang semakin menyala. Dan yang lain masih sibuk bertarung menyelamatkan diri.
Mobil taksi khas warna kuning, melaju pelan ke arah kejadian.
"Dimaaas!!" Suara teriakan itu membuyarkan fokus orang-orang yang tengah berada di lokasi kejadian. Nisa berlari menerobos kerumunan itu, nampak petugas dan polisi yang ikut menelusuri penyebab kejadian, tengah berhilir-mudik menangani masalah ini. Beberapa korban yang masih terjebak berhasil dievakuasi.
"Pak, lantai empat termasuk yang paling parah. Apinya menyebar sangat cepat. Ini menyulitkan kami untuk melakukan evakuasi bagi korban," ucap seorang personel pemadam kebakaran.
Teringat, Nisa pernah memasuki ruang kerja Dimas yang tepat berada di lantai empat. Betapa paniknya ia saat mendengar laporan dari salah satu personel pemadam. Ia menarik dirinya untuk memasuki gedung itu tanpa peduli bahwa para polisi tengah berjaga di depan gedung, tak boleh ada satupun orang yang masuk ke dalam gedung itu sebelum seluruh api berhasil dipadamkan.
"Pak, suami saya!" Nisa hendak menerobos, namun polisi langsung menahannya.
"Suami saya ada di dalam, Pak. Tolong, selamatkan suami saya!" mohon Nisa, ia berusaha melepaskan cengkraman tangan petugas yang menahannya. Tak tahan lagi, seluruh tenaganya ia keluarkan dan berhasil meloloskan diri. Berlari sangat cepat menuju lorong, menaiki anak tangga satu per-satu. Jalan inilah yang harus ia lewati untuk bisa sampai ke lantai empat, lift sedang tidak berfungsi. Sejumlah petugas lain mengejar Nisa hingga ke dalam, kenekatannya itu justru mengundang kepanikan orang-orang sekitar. Di saat yang lain mencoba menghindari situasi itu, ia malah membuat dirinya sendiri berada dalam bahaya.
Langkah kaki Nisa bergantian menaiki anak tangga, sesekali ia terjatuh dan kembali bangun. Ia semakin mempercepat langkahnya, tak peduli dengan panggilan para petugas yang kini mengejarnya.
Sedang di lantai empat, para karyawan dan staf berlarian mencari jalan keluar. Asap yang begitu tebal menyerang penglihatan mereka. Perih dan sesak napas kian dirasakan oleh para pekerja.
Melihat situasi tersebut, para petugas yang bekerja terlihat kewalahan mengeluarkan mereka satu-satu dari tempat berbahaya itu. Beberapa petugas lain ikut menyusul. Nyawa sebagian korban tak dapat diselamatkan lagi.
Berlari semakin cepat, Nisa tak juga kunjung menemukan sosok Dimas dalam pandangannya. Para petugas yang ikut mengejarnya tadi, berbalik arah saat melihat situasi karyawan dan para staf yang harus dikeluarkan saat itu juga. Nisa sudah tidak menampakkan wujudnya lagi, satu dua orang dikerahkan untuk tetap mencari Nisa.