Wanita itupun ikut memandang dengan tatapan lekatnya. Seorang pria bertubuh tinggi tersebut serasa familiar bagi pandangannya. Ia terpatung. Tatapannya mengunci pasti pada seorang pria di depannya itu.
6 tahun yang lalu. Hotel Azzura ramai berdatangan oleh para tamu undangan. Suasana semakin meriah saat calon pengantin digiring menuju altar pernikahan. Tawa riuh dan tepuk tangan bersahutan mengiringi detik-detik halalnya kedua calon mempelai tersebut.
Sorotan kamera tak henti-hentinya memotret. Calon pasangan yang berbalut jas dan gaun putih tersebut, nampak berseri-seri. Memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Namun, suasana berubah runyam saat segerombolan orang-orang dengan pakaian hitam yang senada, tiba-tiba datang dengan tatapan yang membunuh. Para tamu berhamburan, makanan ikut terjatuh ke lantai. Pemandangan menjadi kacau, teriakan dan rasa panik menguasai.
"KALIAN TIDAK BOLEH MENIKAH!" teriak lantang seorang pria dengan kemeja putih yang dibalut jas hitam. Mata menyeringainya itu mengundang ketakutan.
"Bella. Kamu harus menikah dengan saya!" Nada tinggi nan keras itu, terdengar memaksa. Mata Bella, sang calon pengantin membelalak. Pria bengis di hadapannya ini sungguh tega merusak pernikahannya.
"NGGAK. AKU NGGAK MAU NIKAH SAMA KAMU!" balas Bella yang tak kalah lantang, nafasnya begitu memburu.
"Bel, dia siapa?" tanya Dimas yang justru terlihat sangat tenang, membuat Bella panik seketika.
"Dim, maafin aku. Aku nggak pernah cerita soal ini. Aku pikir perjanjiannya udah nggak ada, tapi dia datang lagi, Dim." Cucuran air mata tak dapat dibendung. Bella memegang kuat pada lengan kekar milik Dimas.
"Perjanjian apa?" tanya Dimas yang masih saja menampilkan raut datarnya, mencoba mengerti situasi yang tengah di hadapinya tersebut.
"Ayah punya hutang perusahaan sama dia. Ayah nggak sanggup bayar karena perusahaan yang dikelola bangkrut, akhirnya aku yang didorong sebagai ganti rugi, Dim. Aku harus nikah sama dia, kalau nggak ayah bakal dihukum mati sama orang-orang itu." Bella terduduk lemah, mencekam kuat pada dadanya.
"Nikah sama aku? Atau ayah kamu nggak akan saya bebaskan!" Tampang beringas itu mulai mengancam.
Pria yang tak diketahui identitasnya ini, menarik paksa pergelangan tangan Bella.
"Tunggu!" tahan Dimas, "Kamu nggak boleh bawa dia. Dia istri saya!" Bola mata itu menyorot dengan sangat tajam, tak peduli dengan siapa ia berhadapan.
"Kamu ini baru calon suaminya. Saya nggak akan biarin kamu nikahin dia!" ancamnya.
"Lepasin dia." Nada tenang itu tak mengundang sedikitpun rasa takut bagi lawan bicaranya. Namun, "LEPASIN DIA!!"
Bugh.
Suasana semakin keruh. Suara gebukan terdengar nyaring. Tak ada yang melerai, masing-masing tamu sibuk dengan ketakutannya.
"Dimas udah. Berhenti!" sergah Bella.
Bugh. Bugh.