Part 12 - Momen

69 6 1
                                    

Mentari telah menampakkan wujudnya. Terukir jelas sinarnya dari balik jendela dengan kaca yang transparan, membuat Nisa menerjapkan mata oleh kilauannya.

"Kalau udah bangun, langsung mandi. Kita sarapan terus berangkat ke Mikra," sahut Dimas pada Nisa yang tengah berdiri di samping ranjang, ia telah siap lima menit yang lalu. Kini ia tengah berkaca dengan tampang yang didominasi warna hitam, lengan kemeja yang diurung hingga siku.

"Udah kerja, Pak?"

"Memangnya kamu pikir kita ke sini buat apa?"

"Masih ngantuk Pak, huaaa." Nisa menguap dengan tangan yang ia rentangkan untuk meregangkan ototnya.

"Jangan bikin saya nunggu lama, bangun atau aku seret ke kamar mandi?"

"I-iya Pak."

Hari ini, Nisa memakai rok mini selutut yang dipadukan dengan baju kaos biasa, lalu dilengkapi dengan jaket kantornya dengan gaya yang casual. Tak lupa, Nisa memakai warna yang senada dengan Dimas, bukan maksud untuk menyamakan, tetapi ini memang pilihannya di hari pertamanya berada di kota Malang.

"Kamu ngapain pake rok selutut?"

"Aa?"

"Ganti!"

"Lho, suka-suka saya dong," protes Nisa.

"Kamu itu di sini kerja, ketemu sama karyawan lain. Bukan buat kompetisi diri di hadapan audience!" tegas Dimas.

Dengan mimik tampang kesal, Nisa membalik badannya dan mengganti pakaian yang ia kenakan.

"Makan!"

"Saya tunggu di mobil," lanjutnya.

"Bapak nggak sarapan?"

"Nggak selera."

"Ya udah, kuhabisin kalau gitu."

Seafood, oh no! Dimas sangat anti dengan makanan laut, melihat rumput laut saja membuatnya jijik, apalagi sampai mengkonsumsinya. Deretan makanan laut yang tertata rapi di meja, membuat Dimas muak dan hampir muntah, bau amis begitu menyengat di penciumannya. Salahnya karena tidak memesan makanan vegetarian. Ini pertama kalinya jauh dari sang ibu setelah sekian lama, sang Ibu selalu memasak makanan sehat untuk Dimas, tanpa campuran daging yang berasal dari laut.

"Kita berangkat, Pak?"

"Masuk."

Dimas mulai menyetir mobil, sesekali memandang Nisa dengan tatapan geli.

"Kenapa?"

"Nggak ada."

Jeda sesaat, Nisa membuka kaca mobil dan menghirup udara pagi kota Malang.

"Bapak jangan biasakan nggak sarapan," ucapnya, dengan pandangan yang tetap mengarah ke luar kaca mobil.

"Saya nggak makan seafood."

"Kenapa nggak bilang?" Nisa terlonjak kaget. "Tahu gitu aku bangun lebih awal buat belanja, terus masakin kamu!" ucapnya tanpa sadar memberikan rasa perhatian, kesan ini hinggap di pikiran Dimas.

The Past (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang